Perang Suku di Timika Makin Memburuk

Ketua lembaga adat mengimbau agar kedua suku menghentikan permusuhan dan membiarkan pemda, polisi dan lembaga adat menyelesaikannya.

oleh Liputan6 diperbarui 22 Mei 2014, 20:12 WIB
Diterbitkan 22 Mei 2014, 20:12 WIB
Ilustrasi Massa Anarkis
Ilustrasi Massa Anarkis

Liputan6.com, Timika - Perang antarsuku di Kampung Jayanti, Distrik Kuala Kencana, Timika, Papua hingga kini belum menampakkan jalan damai. Sebaliknya kondisi justru memburuk karena beberapa warga kampung dari pegunungan Papua kini sudah berada di lokasi perang.

Seperti ditayangkan Liputan 6 Petang SCTV, Kamis (22/5/2014), warga pegunungan turun untuk membantu rekan-rekannya memperebutkan lahan Trans Nabire.

Polisi harus mendirikan kawat pengaman untuk memisahkan Suku Moni dan Suku Dani yang bertakai tersebut. Ketua Lembaga Masyarakat Adat Papua mengimbau agar kedua suku menghentikan permusuhan dan membiarkan pemerintah daerah, polisi dan lembaga adat menyelesaikannya.

Uang yang dimaksud Lenis Kogoya itu merupakan pembayar denda bagi korban perang. Sejauh ini berbagai upaya yang dilakukan pemerintah belum berhasil mendamaikan kedua suku.

Suku Moni mempersoalkan 3 orang rekannya yang tewas di luar lokasi perang. Suku Moni menuntut balas kematian dengan jumlah yang sama kepada suku lawannya.

Sejauh ini telah ada 12 orang dari Suku Moni yang tewas akibat perseteruan ini. Sementara dari Suku Dani terdapat 6 orang. Bentrokan antar 2 suku ini telah berlangsung selama 5 bulan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya