Liputan6.com, Palembang - Penarikan Kurikulum 2013 oleh Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan Dasar Menengah (Kembud Dikdasmen) RI di bawah arahan Menteri Anies Baswedan cukup menyita perhatian para pakar pendidikan. Penerapan pendidikan yang sudah dijalankan di berbagai sekolah se-Indonesia juga semakin membuat pelaku pendidikan kebingungan dengan kebijakan ini.
Menurut Akademisi dari Universitas Sriwijaya (Unsri) Anis Saggaf, bila kurikulum setiap periode 5-10 tahun berubah memang sangat logis dan tidak boleh statis. Namun pergantian kurikulum yang singkat juga bisa dilakukan, dilihat dari keperluan kurikulum sehingga tidak menjadi masalah.
"Yang paling penting adalah perubahan tersebut membawa ke pendidikan yang lebih baik. Pelaksanaannya dilihat dari bagaimana kurikulum baru itu dilaksanakan. Kalau Kemendikbud lama sudah membuat konsep dan tidak bisa dilaksanakan, ditarik pun tidak apa-apa. Asalkan perubahannya tidak statis dan harus ada terobosan. Kurikulum tersebut harus membawa kepada peningkatan sistem belajar-mengajar di mana pun," kata Anis Saggaf kepada Liputan6.com di Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (9/12/2014).
Ia menilai bahwa kedua kurikulum tersebut sangat bagus untuk pendidikan di Indonesia. Namun untuk mengatasi kepanikan dari pelaku pendidik yang sudah menggunakan metode Kurikulum 2013, seharusnya kurikulum baru ini jangan dihapuskan keseluruhan.
"Bagusnya Kurikulum 2013 tidak dibatalkan secara total. Memang membuat bingung dan panik, sekolah yang telanjur melaksanakannya jadi bingung, lebih baik diteruskan saja sampai selesai, untuk sekolah yang sudah menjalankannya. Nanti, dites kualitas dari lulusan Kurikulum 2006 dan 2013 di Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Saya juga tidak tahu persis tentang kedalamannya (kurikulum 2013), tapi menteri sebelumnya malah sudah mempersiapkan sampai ke buku ajarnya," lanjut dia.
Kelemahan dan Kelebihan
Menurut Anis Saggaf, ada kelemahan dan kelebihan dari masing-masing kurikulum ini. Jika menggunakan Kurikulum 2006, pengajaran di sekolah sistemnya terkesan harus menunggu guru datang dulu baru mengajar dan guru keluar kelas baru usai proses belajar-mengajar (PBM).
"Akan ada tercipta anak didik yang sangat pintar dan sangat kurang pintar, kesenjangan ini yang akan sangat terlihat. Sistem pembelajarannya juga terkesan personal, tidak mandiri dan kebersamaan seperti Kurikulum 2013. Istilah Catat Buku Sampai Abis (CBSA) pun akan terbentuk pada Kurikulum 2006 ini," urai dia.
Sedangkan keunggulan dari Kurikulum 2013 adalah membentuk paket kelas, di mana semua siswa dan guru terlibat dalam PBM, tidak berbasis pada satu ilmu dan juga membentuk student center baru. Anis Saggaf menjelaskan, pengajarannya merata berupa menu dan diskusi, sehingga kualitas dari siswa akan sama, tidak ada produk terbaik dan terjelek.
"Untuk Kurikulum 2013, Kemendikbud RI belajar dan melihat sendiri di negara maju, seperti Malaysia yang menggunakan Kurikulum 2013. Di mana pembelajarannya sangat menggali potensi. Sistem ini seperti Kurikulum Kompetensi Nasional Indonesia (KKN) di perguruan tinggi yang mirip dengan Kurikulum 2013 di menengah," papar dia.
Namun, kelemahan dari kurikulum 2013 ini adalah diciptakan dengan persiapan yang terlalu singkat. "Gaungnya terlalu cepat sehingga pelaksanaan membuat pelaku pendidikan jadi ragu. Harusnya penerapan Kurikulum 2013 sudah dijalankan dari 2011 lalu. Atau bisa jadi digodok terlebih dahulu di 2013 untuk diterapkan di 2015 mendatang," jelas Anis Saggaf.
Selain itu imbuh dia, karena banyaknya guru heterogen, yang berasal dari jurusan non Fakultas Pendidikan dan Ilmu Keguruan (FKIP), sehingga membuat kualitas tenaga pengajar di Indonesia sedikit condong ke bawah. "Banyak kepanikan dan kebingungan dari para tenaga pengajar heterogen yang belum memahami sistem pendidikan yang sebenarnya."
Kalau Kurikulum 2013 jadi tidak dipakai, menurut Anis Saggaf, otomatis menggunakan Kurikulum 2006, dan mungkin menteri baru punya pemikiran lain dengan cara lain lebih efektiv dan ada peningkatan. "Saran saya, harus ada terobosan lain dan konsep baru jika membatalkan Kurikulum 2013. Jangan seolah-olah pendidikan seperti mundur ke belakang," pungkas Anis Saggaf. (Ans/Mut)
Akademisi: Bagusnya Kurikulum 2013 Tak Dibatalkan Secara Total
Menurut akademisi Unsri, Anis Saggaf, bila kurikulum setiap periode 5-10 tahun berubah memang sangat logis dan tak boleh statis.
diperbarui 09 Des 2014, 20:27 WIBDiterbitkan 09 Des 2014, 20:27 WIB
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Pihak Tom Lembong Yakin Menang Praperadilan Lawan Kejagung
Profil Paslon Pilgub Sulawesi Tengah 2024, Berikut Riwayat Pendidikannya
Para Astronom Temukan Terowongan Antar Bintang di Konstelasi Centaurus
4 Golongan Orang yang Dirindukan Surga, Bagaimana dengan Anda?
Inovasi Kejati NTT Lindungi Guru dari Kriminalisasi melalui Program Jaga Guru
Mencari Pemimpin Sumatera Barat yang Peduli Lingkungan
3 Pemain Manchester United yang Bakal Bersinar dengan Racikan 3-4-3 Ruben Amorim
Geger Polisi Tembak Polisi di Solok Selatan, Puncak Gunung Es Beking Aparat?
Intip, Profil Paslon Pilgub Sulawesi Utara 2024 dan Partai Pengusungnya
Dampak Negatif Mie Instan pada Anak, Apa yang Harus Anda Ketahui
Kata Polisi soal Peluang Budi Arie Dipanggil Terkait Kasus Judi Online yang Libatkan Pegawai Komdigi
Cara Tepat Menurunkan Demam Anak dengan Kompres dan Perawatan Lainnya