Adnan Buyung Nasution, dari Demo Soeharto hingga Antikomunis

Sosok Adnan Buyung Nasution sebelum dikenal sebagai pengacara andal, lebih dulu tenar sebagai seorang aktivis.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 23 Sep 2015, 17:25 WIB
Diterbitkan 23 Sep 2015, 17:25 WIB
Adnan Buyung Nasution Meninggal, Linimasa Berduka
Adnan Buyung menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI) pada Rabu (23/9/2015) pukul 10.14 WIB.

Liputan6.com, Jakarta - Sosok Adnan Buyung Nasution sebelum dikenal sebagai pengacara andal, lebih dulu tenar sebagai seorang aktivis. Kenangan itu masih dirasakan Sejarawan, Anhar Gonggong.

Dia mengenal Adnan saat berdemo di depan kampus Atma Jaya pada 1998. "Saya ingat beliau waktu saya jadi pembantu dekan di kampus Atma Jaya tahun 1998. Dia aktivis yang berdemo di depan kampus. Dia sampaikan Soeharto itu koruptor. Itu sosok yang saya kenal pertama kali," ujar Anhar di rumah duka, Jakarta, Rabu (23/9/2015).

Menurut dia, sosok Adnan adalah orang yang penuh integritas yang konsisten hingga akhir hayat hidupnya.

"Ini adalah orang yang mempunyai integritas. Apa pun yang dia pegang tidak akan berubah. Itu yang enggak ada sekarang," tandas dia.

Di tempat yang sama, politisi senior Golkar Akbar Tandjung ikut kehilangan sosok Adnan Buyung Nasution. Kenal sejak 1966, Akbar mengetahui sosok Adnan yang kritis sebagai aktivis.

"Beliau aktif di gerakan-gerakan seperti Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia. Beliau juga punya semangat juang yang tinggi, dan sejak dulu peduli akan Hak Asasi Manusia (HAM)," kata Akbar.

Masih kata Akbar, bangsa tengah kehilangan sosok Adnan yang kritis dan tak kenal kompromi meski berhadapan dengan penguasa sekalipun.

"Anti-komunis, orangnya amat kritis, punya sikap berani dalam menyampaikan pendapat, termasuk orang yang punya kekuasaan. Kita kehilangan orang yang punya sikap keras," tegas dia.

Sementara itu, pegiat antikorupsi Todung Mulia Lubis, masih ingat saat Adnan Buyung Nasution sedang bertindak sebagai pembela HR Darsono. Hal itu membuat Menteri Kehakiman Ismail Saleh mencabut izin Adnan Buyung sebagai advokat selama satu tahun.

"Ingatan saya tentang Bang Buyung membela Darsono, kemudian membela kawan-kawan Tanjung Priok yang ditangkap saat itu dan membela Mahasiswa di Bandung. Semua berkesan bagi saya," pungkas Todung.

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh menganggap Buyung banyak memberikan dedikasi pada masa hidupnya. "Beliau mengajak kita pada pikiran-pikiran perubahan ke depan, itu yang kita hargai dari sosok Adnan. Secara khusus untuk angkatan 66, saya mengenal sepak terjang beliau sebagai aktivis," ujar Surya.

Menurut dia kepergian Adnan akan dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia.

Senada, Komisioner nonaktif KPK Bambang Widjojanto mengaku telah kehilangan salah satu tokoh terbaik bangsa. "Sikap keras yang sering dia tunjukkan dalam menegakkan hukum harus kita contoh," kata Bambang.

Bambang menilai, sosok almarhum juga dikenal sebagai pribadi yang konsisten dalam sikapnya semasa hidup sebagai seorang praktisi hukum. Dia selalu menjaga sikap untuk tidak korupsi sebagai seorang pengacara.

"Saat menegakkan hukum, baik yang pro dan kontra, dia tetap menjaga sikap untuk tidak koruptif," jelasnya.

Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU), Husni Kamil Malik yang ikut melayat ke rumah duka mengungkapkan kenangan terakhirnya bersama salah satu pendekar hukum itu. "Kenangan yang paling saya ingat ketika persidangan terakhit di MK. Ada beberapa kali disampaikan agar segera membuat buku mencatat persidangan MK, karena menurut beliau itu sangat penting sebagai catatan bangsa," tegas Husni.

Husni menegaskan, sosok Adnan Buyung pantas dijadikan contoh, bukan hanya bagi para advokasi lain tetapi para keluarga besar KPU.

Kini sosok Adnan Buyung telah berpulang ke pangkuan sang khalik. Di usianya yang terbilang tak muda lagi, dia masih harus melawan penyakitnya. Namun, Tuhan berkehendak lain. Tugasnya untuk memperjuangkan masyarakat Indonesia harus selesai di ruang ICCU RSPI. (Mut/Sar)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya