Saksi Mata Tragedi Mina yang Terjebak Paling Depan Terpopuler

Seorang saksi mata, Apep Wachyudin yang juga menjadi korban tragedi Mina menuturkan, musibah Mina terjadi ketika di pertigaan jalan.

oleh Wawan Isab RubiyantoRinaldoYanuar HArie Mega Prastiwi diperbarui 27 Sep 2015, 07:08 WIB
Diterbitkan 27 Sep 2015, 07:08 WIB
Penyebab Terjadinya 310 Nyawa Melayang di Tragedi Mina 2015
Ternyata ini penyebab meninggalnya 310 orang meninggal dunia.

Liputan6.com, Jakarta - Seorang saksi mata, Apep Wachyudin yang juga menjadi korban tragedi Mina menuturkan, musibah Mina terjadi ketika di pertigaan jalan, petugas keamanan haji Arab Saudi (askar) mengarahkan jemaah haji, termasuk rombongan Apep, belok kiri sehingga harus melintasi Jalan 204 (tempat terjadinya tragedi Mina).

Kesaksian ini menjadi berita yang paling banyak dibaca sepanjang Sabtu kemarin. Disusul oleh Singapura yang marah karena kabut asap membuat negara itu terganggu serta gempa Yogyakarta yang dipastikan tidak menimbulkan kerusakan berarti.

Top 5 News Selengkapnya:

1. Saksi Mata Tragedi Mina: Saya Terjebak Paling Depan

Informasi mengenai penyebab terjadinya tragedi Mina masih simpang siur. Pemerintah Indonesia pun masih terus menelusuri keberadaan 225 jemaah haji Indonesia yang hilang.

Seorang saksi mata, Apep Wachyudin yang juga menjadi korban tragedi Mina menuturkan, musibah Mina terjadi ketika di pertigaan jalan, petugas keamanan haji Arab Saudi (askar) mengarahkan jemaah haji, termasuk rombongan Apep, belok kiri sehingga harus melintasi Jalan 204 (tempat terjadinya tragedi Mina).

"Katanya kalau ke kanan lebih jauh akhirnya kami ikut jalur itu dan kami berhadapan dengan orang-orang kulit hitam (jemaah asal Afrika). Kemudian di maktab-maktab yang kiri kanannya sudah dikunci, kami menemui stuck karena di depan ada mobil mogok dinaiki orang-orang hitam," ujar Apep saat ditemui wartawan Liputan6.com Wawan Isab Rubiyanto di Maktab 7, Mina Jadid, Jumat 26 September 2015.

Selengkapnya...

2. 26-9-1997: Tragedi Garuda dan Teriakan Allahu Akbar Sang Pilot

Hari itu, Jumat 26 September 1997, kawasan Sumatera diliputi kabut asap akibat kebakaran asap, termasuk beberapa wilayah di Sumatera Utara. Kondisi ini membuat penerbangan terganggu. Pesawat Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA 152 bernasib nahas. Airbus A300-B4 celaka di langit Sibolangit saat hendak mendarat, di mana saat itu langit diselimuti kabut asap.

Seperti dilansir Airdisaster.com, pesawat menabrak tebing menancap tebing yang nyaris 90 derajat di Desa Buah Nabar, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, pada pukul 13.30 WIB. Garuda tersebut hancur, patah dan terbakar.

Seluruh penumpang berjumlah 222 orang, termasuk 2 jurnalis Liputan6 SCTV, Ferdinandusius dan Yance Iskandar, meregang nyawa. Tercatat pula, penumpang asing asal Amerika Serikat, Belanda, dan Jepang. yang juga 'pergi'. Selain itu, 12 awak pesawat tak ada yang selamat. Sebagian jasad korban yang identitasnya tak dikenali dimakamkan di Monumen Membramo, Medan.

Selengkapnya...

3. Marah Dikepung Asap, Singapura Sindir Indonesia

Singapura menyatakan rasa marahnya karena kabut asap tebal menyelimuti negara tersebut sehingga sekolah-sekolah ditutup. Bahkan, pada Jumat pagi Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) mencapai 341, tertinggi sepanjang tahun ini. Indonesia pun dituding tidak peduli dengan apa yang dirasakan oleh warga Singapura.

"Sangat tidak memikirkan keselamatan warga kami dan warga mereka sendiri," ujar Menteri Luar Negeri Singapura K Shanmugam seperti dikutip BBC, Jumat 25 September 2015.

Lewat akun Facebook-nya, Shanmugam mengatakan mendengar pernyataan-pernyataan mengagetkan di tingkat pejabat senior Indonesia.

"Bagaimana bisa, seorang pejabat senior pemerintahan mengeluarkan pernyataan seperti itu, tanpa kesadaran atas nyawa masyarakatnya, atau warga kami, dan tanpa rasa malu, atau rasa tanggung jawab?" ujar dia.

Selengkapnya...

4. BMKG: Gempa Yogya Tidak Merusak, Hanya Mengagetkan

Gempa 4,6 SR yang menggoyang Gunungkidul, Yogyakarta, dinilai sebagai lindu menengah. Getarannya dirasakan di sejumlah daerah lantaran pusat gempa berada di darat.

Kepala BMKG DIY Tony Agus Wijaya menyatakan, pusat gempa Yogya berada di 12 km sebelah barat laut Gunungkidul di kedalaman 10 km. Lantaran terjadi di darat, gempa dirasakan di beberapa tempat seperti di Bantul Gunungkidul dan Kota Jogja.

"Kategori termasuk gempa menengah dan agak besar karena berada di darat gempanya. Karena gempanya dangkal sehingga dirasakan di sebagian di DIY seperti Bantul Gunungkidul sebelah timur dan selatan sebagian wilayah kota," ujar Tony di Yogyakarta, Jumat (25/09/2015).

Tony menambahkan, gempa terjadi dalam skala 3 hingga 4 MMI. Sehingga benda-benda di rumah warga hanya terasa bergetar dan tidak merusak.

"Intensitas getaran di masyarakat skala 3-4 MMI jadi benda yang digantung bergoyang. Tetapi karena gempa menengah tidak ada yang merusak hanya merasa dikagetkan," ujar dia.

Selengkapnya...

5. 'Berebut' Napas di Tragedi Mina

Radhi Hassan tak menyangka mampu melewati masa kritis. Kala itu, Kamis 24 September 2015 ia terkepung oleh ribuan jemaah haji yang akan melempar jumrah di Mina, Mekah, Arab Saudi.

Jemaah dari Irak ini berupaya keras keluar dari kerumunan manusia. "Aku kira aku akan mati. Aku mendorong orang-orang dan berhasil keluar," cerita pria berusia 56 tahun itu seperti dikutip dari The Guardian, Jumat 25 September 2015.

Pagi hari merupakan waktu yang dipilih bagi para jemaah haji seluruh dunia untuk menuju Mina. Itu demi mencegah cuaca panas yang terik saat siang hari.

Dia menuturkan, saat ini ada 160 orang anggota kelompok dalam rombongannya yang masih hilang. Kala insiden terjadi, ribuan jemaah haji tumbang satu per satu ke tanah layaknya domino.

Selengkapnya...

(Ado/Vra)

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya