Ali Imron Bomber Bom Bali I Beberkan Beda JI dan ISIS

Ali Imron menjelaskan, jika seseorang sudah ikut dalam paham ISIS, maka di mana pun mereka berada akan memiliki ideologi yang sama.

oleh Audrey Santoso diperbarui 25 Nov 2015, 16:16 WIB
Diterbitkan 25 Nov 2015, 16:16 WIB
Ilustrasi ISIS
Ilustrasi ISIS

Liputan6.com, Jakarta - Salah satu bomber Bom Bali I Ali Imron mengatakan, pemahaman antara kelompok ISIS dengan Jamaah Islamiyah (JI) berbeda dalam memandang kekafiran. Menurut terpidana seumur hidup ini, JI tidak pernah mengafirkan pemerintah atau pejabat negara.

Kafir menurut mereka adalah orang-orang di luar agama Islam. Sementara paradigma ISIS memandang orang-orang yang tak sepaham dengan mereka sebagai kafir, dan menyerang pemerintah suatu negara.

"Beda pemahaman kami dengan mereka (ISIS). Contoh, kami sampai keluar ke Afghanistan tahun 1985 sampai akhir 1994, meskipun kami keluar dari rezim Soeharto, kami belum pernah mengafirkan Soeharto atau orang-orang yang duduk di pemerintahan. Kalau saya (JI) punya pemikiran seperti itu maka orang sudah habisi kami," ucap Ali Imron usai menghadiri diskusi di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (25/11/2015).

Ali Imron menjelaskan, jika seseorang sudah ikut dalam paham ISIS, di mana pun mereka berada akan memiliki ideologi yang sama, termasuk embrio ISIS di Indonesia. Namun ia mengaku tidak tahu siapa penebar paham ISIS di Indonesia karena mereka tak pernah memproklamasikan diri kepada JI.
Keluarga Korban Bom Bali Bertatap Muka dengan Ali Imron (SBS)

Belum Pernah Diproklamasikan

"Di sini juga ada ISIS. Ketika ISIS itu ada di mana pun atau di Indonesia, maka pemikirannya sama. Saya enggak bisa nebak (siapa tokoh ISIS Indonesia) karena (mereka) belum pernah diproklamasikan," ujar adik dari terpidana mati Bom Bali I Amrozi dan Muhammad Gufron ini.

Ia menambahkan, JI memang ingin mendirikan negara Islam, namun dengan paham yang baik, tanpa membunuh kaum yang dianggap kafir, apalagi sesama muslim. Jika saat ini ada anggota JI yang melakukan terorisme, Ali Imron memastikan mereka sudah berafiliasi dengan kelompok radikal ISIS.

"Kalau saya terus terang, orang-orang Jamaah Islamiyah bercita-cita untuk mendirikan negara berdasarkan Islam, tapi dengan cara-cara yang baik. Tidak baik jika melakukan cara-cara dengan pengeboman. Jihad adalah perang, bukan membunuh atau membantai," tukas dia.

"Yang berbahaya yang berafiliasi dengan ISIS," imbuh Ali Imron.

Sehabis ledakan (SBS)

Ali Imron ditangkap pada Desember 2002 di Klaten, Solo, Jawa Tengah, bersama rekannya Rahmat, Hermiyanto dan istrinya. Polisi sebelumnya menangkap kakaknya, Amrozi, di Desa Tenggulun, Solokuro, Lamongan dan Muhammad Gufron alias Ali Gufron di Klaten, Jawa Tengah.

Kakak beradik ini terbukti terlibat dalam pengeboman kafe Paddy`s Pub dan Sari Club di Jalan Kuta, Legian, Bali pada 22 Oktober 2002. Peristiwa Bom Bali I menjadi duka bagi seluruh dunia karena sekitar 202 orang, termasuk 164 turis asing tewas dalam kejadian itu. (Ans/Mut)*

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya