Liputan6.com, Washington, DC - Militer Amerika Serikat (AS) akan mengonsolidasikan kehadirannya di Suriah dalam beberapa minggu dan bulan mendatang. Langkah ini bisa mengurangi jumlah pasukan mereka di negara itu hingga separuhnya.
Saat ini, militer AS memiliki sekitar 2.000 personel di Suriah yang tersebar di sejumlah pangkalan, terutama di wilayah timur laut.
Baca Juga
Pasukan tersebut bekerja sama dengan kelompok lokal untuk mencegah kebangkitan kembali ISIS, kelompok yang pada 2014 sempat menguasai sebagian besar Irak dan Suriah sebelum akhirnya dipukul mundur.
Advertisement
"Proses yang disengaja dan berbasis kondisi ini akan mengurangi kehadiran AS di Suriah menjadi kurang dari 1.000 pasukan dalam beberapa bulan ke depan," kata juru bicara utama Pentagon Sean Parnell pada Jumat (19/4/2025).
Parnell mengumumkan pengurangan tersebut dengan menggarisbawahi langkah-langkah signifikan yang telah dilakukan untuk mengurangi daya tarik dan kemampuan operasional ISIS secara regional maupun global.
Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth memerintahkan pengurangan dan penataan ulang pasukan AS di Suriah melalui Combined Joint Task Force – Operation Inherent Resolve (CJTF-OIR)—komando gabungan AS dan sekutu yang bertugas memerangi ISIS.
Meski terjadi pengurangan jumlah pasukan, situs Axios melaporkan terdapat pembesaran kekuatan signifikan di bawah Komando Pusat AS (Central Command/CENTCOM), yang mengawasi operasi militer di kawasan Timur Tengah yang lebih luas.
AS baru-baru ini mengerahkan pesawat tempur — termasuk pengebom B-2, kapal perang, dan sistem pertahanan udara — untuk memperkuat posisinya di Timur Tengah.