Mayat di Markas MIT Poso Diduga Buronan Kasus Terorisme

Faruk diduga tewas setelah terkena tembakan saat kontak senjata dengan tim Satgas pada 29 November lalu.

oleh Dio Pratama diperbarui 24 Des 2015, 13:34 WIB
Diterbitkan 24 Des 2015, 13:34 WIB
20151224-Poso
Daftar pencarian orang kasus terorisme di Poso. (Liputan6.com/Dio Pratama)

Liputan6.com, Palu - Polda Sulawesi Tenggara (Sulteng) telah memeriksa jenazah yang ditemukan di markas utama kelompok sipil bersenjata Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di Poso, Sulawesi Tengah. Jenazah tersebut diduga bernama Faruk alias Magalasi.

"Berdasarkan pemeriksaan luar dan ciri-ciri sekitar 60 sampai 70 persen mayat tersebut adalah Faruk alias Magalasi. Faruk sendiri berdasarkan DPO diketahui sebagai warga negara asing asal Turkistan," terang Kapolda Sulteng Brigjen Pol Idham Aziz di Palu, Rabu 23 Desember 2015.

Dia menyebutkan, buronan kasus terorisme itu diduga tewas setelah terkena tembakan saat kontak senjata dengan tim Satgas pada 29 November lalu. Kontak senjata tersebut terjadi di kilometer 7 Desa Kilo, Kecamatan Poso Pesisir Selatan.

"Mungkin saat kontak dia terkena, lalu dilarikan oleh kelompoknya ke markas. Karena merasa kondisinya yang tidak memungkinkan lagi untuk dibawa, mereka kemudian meninggalkannya di markas," jelas Idham.

Berdasarkan hasil pemeriksaan sementara yang dilakukan oleh tim DVI Polda, diketahui Faruk mengalami luka di beberapa bagian tubuhnya. Bahkan saat ini, kondisi mayat sudah membusuk dan tidak memungkinkan lagi untuk dievakuasi ke Rumah Sakit Bhayangkara di Palu.

"Hari ini kita akan terjunkan helikopter untuk mengambil sample DNA mayat tersebut. Karena mayatnya sudah busuk dan sebagian tubuhnya sudah hancur, ditambah lagi medan di sana cukup sulit, makanya harus menggunakan helikopter untuk mengambilnya," jelas Idham.

Hingga saat ini, Polda masih terus melakukan pengejaran terhadap kelompok tersebut. Polda bahkan memastikan kalau pelarian kelompok yang telah berafiliasi dengan ISIS tersebut masih di seputaran hutan pegunungan Poso.

"Mereka tidak mungkin melarikan diri hingga meninggalkan Poso. Karena wilayah hutan pegunungan Poso luas, mereka pasti berpindah-pindah di seputaran wilayah itu saja. Apa lagi mereka menghafal medan," tandas Idham.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya