Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah negara mengungkapkan telah melihat dampak ekonomi dari kebijakan tarif impor baru pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.
Melansir CNN, Selasa (22/4/2025), layanan Bea Cukai Korea Selatan melaporkan ekspor selama 20 hari pertama April menurun sebesar 5,2% dibandingkan dengan periode sama tahun lalu.
Baca Juga
"(Data tunggal) itu adalah petunjuk utama untuk arah perdagangan,” umgkap Min Joo Kang, ekonom senior di ING dalam sebuah catatan.
Advertisement
Penurunan ekspor terjadi setelah Trump memberlakukan tarif 25% untuk semua impor aluminium, baja, dan mobil. Semua impor Korea Selatan lainnya juga sempat dikenakan tarif timbal balik sebesar 25% sebelum Trump memutuskan penundaan hingga Juli mendatang. Adapun impor umum barang Korea Selatan ke AS dikenakan tarif 10%.
Pengiriman mobil dan baja Korea ke AS juga menurun masing-masing 6,5% dan 8,7% secara tahunan selama 20 hari pertama April. Secara keseluruhan, ekspor dari Korea Selatan ke AS turun 14,3% dari tahun lalu.
Sementara produk semikonduktor Korea Selatan tetap dikecualikan dari tarif AS, tetapi Trump mengatakan bermaksud untuk menerapkan tarif setinggi 25% pada produk tersebut.
"(Data dari Korea Selatan) menunjukkan bahwa tarif AS mempersulit dinamika perdagangan global," kata Kang.
"Namun, banyak hal dapat berubah dari bulan ke bulan, jadi mungkin terlalu dini untuk mengambil kesimpulan,” umgkap Lee Branstetter, seorang profesor ekonomi dan kebijakan publik di Universitas Carnegie Mellon.
AS Tetapkan Tarif Baru pada Sel Surya dari Kamboja hingga Malaysia, Lonjakan Sentuh 3.500%
Amerika Serikat akan menetapkan tarif tinggi terhadap sebagian impor sel surya dari negara-negara Asia Tenggara.
Agar tarif dapat ditetapkan, Komisi Perdagangan Internasional harus memberikan suara pada bulan Juni mengenai apakah industri tersebut dirugikan secara material oleh impor yang disubsidi dan didiskon.
Melansir CNN Business, Selasa (22/4/2025) tarif yang ditetapkan bervariasi tergantung pada perusahaan dan negara, tetapi secara umum lebih tinggi daripada bea awal yang diumumkan akhir 2024.
Gabungan dumping dan bea masuk imbalan atas produk Jinko Solar dari Malaysia termasuk yang terendah, yakni 41,56%. Produk pesaingnya, Trina Solar, dari operasinya di Thailand, dikenakan bea masuk sebesar 375,19%.
AS juga berencana mengenakan tarif pada produk solar dari Kamboja lebih dari 3.500%. Keputusan ini karena produsen Kamboja memilih untuk tidak bekerja sama dengan penyelidikan AS.
"Ini adalah hasil yang sangat kuat," kata Tim Brightbill, seorang pengacara untuk kelompok manufaktur AS.
"Kami yakin bahwa mereka akan mengatasi praktik perdagangan tidak adil dari perusahaan milik Tiongkok di keempat negara ini, yang telah merugikan industri manufaktur surya AS terlalu lama,” ucapnya.
Penetapan tarif tinggi AS pada impor sel surya dari Kamboja hingga Malaysia menyusul kasus perdagangan di mana produsen Amerika menuduh perusahaan-perusahaan Tiongkok membanjiri pasar dengan barang-barang yang sangat murah.
Kasus ini diajukan tahun lalu oleh Hanwha Qcells dari Korea, First Solar Inc yang berbasis di Arizona, dan beberapa produsen yang lebih kecil yang berusaha melindungi investasi miliaran dolar dalam manufaktur surya AS.
Kelompok pemohon, Komite Perdagangan Aliansi Amerika untuk Manufaktur Surya, menuduh produsen panel surya Tiongkok besar dengan pabrik-pabrik di Malaysia, Kamboja, Thailand, dan Vietnam mengirimkan panel dengan harga di bawah biaya produksi mereka dan menerima subsidi yang tidak adil yang membuat barang-barang Amerika tidak kompetitif.
Advertisement
Produsen Surya AS Berisiko Kena Rugi?
Ancaman bea masuk pada negara-negara yang memasok lebih dari USD 10 miliar produk surya ke Amerika Serikat tahun lalu, yang mencakup sebagian besar pasokan domestik, telah menyebabkan perubahan dramatis dalam perdagangan surya global.
Impor dari keempat negara yang menjadi sasaran tahun ini hanya sebagian kecil dari tahun lalu, sementara pengiriman panel dari negara-negara seperti Laos dan Indonesia meningkat.
Para pengkritik upaya tersebut, termasuk kelompok dagang Asosiasi Industri Energi Surya, mengatakan tarif akan merugikan produsen surya AS karena tarif akan menaikkan harga sel impor yang dirakit menjadi panel oleh pabrik-pabrik Amerika.
