5 'Kebuasan' Buwas Lawan Bandar Narkoba

Sosoknya sebuas nama panggilannya. Begitulah Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Budi Waseso atau Buas

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 25 Des 2015, 07:53 WIB
Diterbitkan 25 Des 2015, 07:53 WIB
20150908-Anang Serahkan Jabatan Kepala BNN kepada Budi Waseso-Jakarta
Komjen Pol Budi Waseso saat acara pelantikan dirinya sebagai Kepala BNN di Kantor BNN, Jakarta, Selasa (8/9). Buwas resmi menggantikan Komjen Pol Anang Iskandar sebagai Kepala BNN. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Sosoknya sebuas nama panggilannya. Begitulah Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Pol Budi Waseso.

Pria yang karib diapa Buwas itu kini menebar ancaman menakutkan pada para bandara narkoba. Dari gigitan buaya hingga penembak misterius diwacanakan untuk membuat jera para pengedar barang haram tersebut.

Ini karena Indonesia tengah berada dalam kondisi darurat narkoba. Presiden Jokowi sebelumnya mengatakan berdasarkan statistik yang diterimanya ada 4,5 juta orang yang sudah terkena narkoba.

Dari jumlah itu 1,2 juta sudah tidak bisa direhabilitasi karena kondisinya terlalu parah. Maka tak heran jika Buwas harus memutar otak dan menunjukkan 'taringnya' lewat sejumlah ancaman kepada para bandar narkoba.

Berikut kebuasan Buwas yang dihimpun Liputan6.com, Jumat (25/12/2015):

Penjara dan Buaya

Buwas mengaku tak segan menghukum berat bandar narkoba. Ia pun telah merencanakan untuk membuat sebuah rumah tahanan khusus bagi para bandar narkoba.

Rumah tahanan itu nantinya akan ditempatkan di pulau terkecil dan terluar, sehingga ruang gerak para terpidana kasus narkotika sangat terbatas. Di dalam penjara itu terdapat ruang tahanan khusus yang nantinya akan dikelilingi kolam berisi buaya.

"Iya, memang saya membuat wacana pemikiran bagaimana tahanan yang untuk para bandar yang divonis hukuman mati, khususnya itu, ditaruh di satu tempat. Tempatnya yang dikelilingi kolam buatan, kolam itu diisi buaya. Buaya rawa dan buaya laut," kata Buwas di Jakarta, Sabtu, 7 November 2015.

Dia mengaku serius dengan wacana tersebut. Hal itu sebagai bentuk tindakan tegas dalam pemberantasan narkoba.

Buwas juga mengaku tak khawatir bila para bandar narkoba itu tewas dimakan buaya. Menurut dia, hukuman terberat dirasa paling tepat bagi para pengedar dan bandar narkoba.

"Kalau (bandar narkoba) mati kan yang bunuh buaya. Nanti yang dituntut biar buayanya, yang diperiksa sama Bareskrim, ya buaya. Kalau buaya darat bisa dituntut, kalau buaya rawa enggak bisa," ujar Buwas.

Dikepung Ikan Buas


Tak cuma buaya, Buwas bahkan ingin penjara itu dijaga dengan ikan piranha. Ikan air tawar terganas di dunia. Penjara itu, menurut dia, tentu akan menyulitkan bandar narkoba untuk kabur.

Mereka harus bertaruh nyawa untuk meloloskan diri dari cengkeraman penjaga yang siap menerkam.

"Kalau tidak buaya, kita isi dengan ikan piranha di kolam buatan. Kalau mau kabur coba hadapi buaya atau akan dikeroyok sama piranha," ucap Buwas.

Penembak Misterius

Setelah wacana penjara bandar narkoba dijaga buaya, jenderal bintang tiga ini mewacanakan ide kontroversial, yaitu membentuk tim penembak misterius (petrus) untuk memburu gembong narkoba.

"Tim petrus akan menembak mati para bandar dan pengedar narkotika dan obat-obatan terlarang," ucap Buwas kepada wartawan di Surabaya, Jawa Timur, Kamis, 26 November 2015.

Tim Petrus, ucap Buwas, nantinya diterapkan kepada pengedar dan gembong saat terpergok memasukkan narkotika di wilayah perbatasan. Secara teknis, tim ini bergerak setelah mengantongi data identitas bandar atau pengedar yang dihasilkan dari penyelidikan mendalam BNN.

Alasan membentuk tim petrus, ujar Buwas, karena begitu besarnya distribusi narkotika yang masuk ke Indonesia dari negara luar.

"Saya sampaikan ke Panglima TNI, di Malaysia dan Singapura barangnya banyak. Tapi tidak beredar di sana, dibuang dan dipasarkan ke Indonesia," kata dia.

Tenggelamkan Kapal Bandar

Lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) tahun 1984 itu mengungkapkan banyak jalur tikus yang digunakan pengedar narkotika, baik itu jaringan internasional ataupun nasional. Ia pun berencana menggandeng TNI untuk menjaga dan mengawasi wilayah perairan Indonesia dari narkoba.

Buwas bahkan mengaku sudah gerah dengan sepak terjang pengedar narkoba yang seolah-olah tidak takut dengan ancaman hukuman di Indonesia. Karena itu, dia ingin kapal atau perahu yang terbukti membawa narkoba ditenggelamkan.

"Kalau perlu kita tenggelamkan di laut narkoba ini sama pelaku-pelakunya. Jadi ke depannya jangan hanya illegal fishing yang kapalnya ditenggelamkan. Ya, tidak ada lagi nanti pengampunan bagi bandar narkoba," kata Buwas di Polda Metro Jaya, Jakarta, Rabu, 9 September 2015.

Menurut dia, perlu upaya proaktif yang lebih agresif untuk memberantas peredaran narkotika di Indonesia hingga ke akar-akarnya. Sebab, ucap Buwas, Presiden Jokowi sudah mengatakan negara dalam darurat narkoba dan menyatakan perang terhadap narkoba.

"Kalau perang, ya semuanya berperang. Ibaratnya, angkat senjata untuk melawan mafia-mafia narkoba," dia menjelaskan.

ATM

Buwas kembali mewacanakan ide 'gila' lainnya dalam mencegah dan memberangus peredaran narkotika. Kali ini ia akan memanfaatkan mesin ATM. Ia mengatakan seluruh mesin ATM nantinya bisa menampilkan pesan pencegahan akan bahaya narkotika bila si nasabah sedang melakukan transaksi keuangan.

"Jadi ketika orang mau tarik uang, ada imbauan agar (uang) itu jangan dipakai untuk beli narkotika. Jadi uangnya dimasukkan ke kantong bukan dikasih ke pengedar," kata Buwas di Bogor, Jawa Barat, Sabtu, 19 Desember 2015.

Untuk memuluskan wacana ini, ucap Buwas, pihaknya akan segera menemui Gubernur Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Tujuannya adalah untuk bisa menyampaikan ide barunya dalam rangka pencegahan bahaya narkoba sekaligus menekan permintaan akan narkotika.

"Nanti kalau saya sudah sampaikan wacana ini ke Gubernur BI dan OJK, pasti jalan," Buwas menandaskan.

Saking semangatnya menebar ancaman untuk bandar narkoba, langkah Buwas ternyata sempat diprotes Presiden Jokowi dan Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly.

"Ada protes dari Menkumham dan Presiden. Katanya, 'Ini Pak Kepala BNN terlalu semangat'," kata Buwas di kawasan Bogor, Jawa Barat, Jumat, 18 Desember 2015.

Bahkan, kata Buwas, dia kembali diprotes oleh Jokowi dan Yasonna ketika menangkap 1.523 bandar dan pengedar dalam kurun waktu 3 bulan menjabat Kepala BNN.

"Katanya, ini Pak Kepala BNN terlalu semangat. Penjara bisa penuh kalau begini," kata Buwas.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya