Liputan6.com, Manado - Hingga awal Januari 2016, krisis listrik masih terjadi di seluruh kabupaten dan kota di Sulawesi Utara. Warga menilai PLN Wilayah Sulawesi Utara, Tengah, dan Gorontalo ingkar janji. Sebab pertengahan Desember 2015 lalu, PLN memberikan jaminan jika kapal Marine Vessel Power Plant (MVPP) "Karadeniz Powership Zeynep Sultan" tiba, krisis listrik tak akan terjadi.
MVPP adalah kapal pembangkit listrik dengan kapasitas 120 Mega Watt (MW) yang disewa Presiden Joko Widodo sebagai langkah darurat atasi krisis listrik di pedalaman. Namun, tetap saja listrik di Sulut tetap byar pet atau hidup dan padam.
Baca Juga
Advertisement
"Tiap hari ada saja pemadaman listrik. Padahal PLN sudah memberikan jaminan sejak Natal hingga tahun baru dan seterusnya sudah tidak ada lagi pemadaman listrik," ujar Gusty Hari, warga Kecamatan Singkil Manado, Jumat (08/01/2016).
Menurut dia, PLN Suluttenggo bahkan sudah menjamin setelah kapal itu tiba dapat langsung beroperasi karena instalasi di darat sudah dikerjakan.
Beberapa waktu lalu, lanjut Gusty, PLN menyampaikan bahwa mereka telah menyelesaikan pendirian 6 tower emergency dan sudah menarik kabel transmisi di 3 tower di Amurang. Sehingga diharapkan saat kapal datang sekitar tanggal 22 atau 23 Desember semua tinggal pasang dan beroperasi.
"Namun sekarang yang terjadi apa? Sehingga kami menilai PLN bohongi warga," ujar Gusty.Supervisor Humas dan Bina Lingkungan PLN Suluttenggo, Dermawan Amir Uloli mengakui kapal pembangkit ini masih belum dapat beroperasi untuk mensuplai kebutuhan listrik pada sistem kelistrikan Sulawesi Utara dan Gorontalo.
"PLN Suluttenggo menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh pelanggan dan masyarakat yang ada di Sulawesi Utara dan Gorontalo atas kondisi defisit daya sebesar 50 MW yang masih harus kita hadapi," kata Dermawan.
Namun dia berharap kerjasama antar stakeholder dan masyarakat sehingga kendala dikedua pembangkit listrik, yaitu MVPP Zeynep Sultan dan PLTG Gorontalo dapat beroperasi segera.
Sementara itu, Mr Osman, perwakilan dari Karpower Indonesia, sebagai pengelola kapal pembangkit listrik yang didatangkan dari Turki itu, menyebutkan bahwa mulai tanggal 16 Januari 2016, secara bertahap unit pembangkit yang ada akan mulai memproduksi listrik.
Kemudian disalurkan ke jaringan transmisi 150 kiloVolt interkoneksi Sulawesi Utara dan Gorontalo. Diperkirakan pada tanggal 23 Januari 2016, seluruh mesin yang ada mampu menghasilkan listrik.
"Setelah kapal kami berada di posisi yang stabil pada tempatnya, kemudian proses penarikan kabel dari sisi kapal menuju gantry di sisi darat, serta proses penyesuaian proteksi di sisi transmisi, maka kami menjadwalkan mulai 16 Januari, secara bertahap, satu per satu mesin kami akan mulai memproduksi listrik dan tanggal 23 Januari 2016 seluruh mesin yang ada semuanya telah beroperasi," jelas Osman.