Nikmati Gerhana Matahari Total 9 Maret, Simak Saran Kepala Lapan

Alumni Kyoto University tersebut menambahkan, saat gerhana sebagian, secara refleks mata sudah merasa silau.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 21 Jan 2016, 19:20 WIB
Diterbitkan 21 Jan 2016, 19:20 WIB
20160113-Wawancara-Khusus-Jakarta-Thomas-Djamaluddin-FF
Kepala Lapan Thomas Djamaluddin usai wawancara khusus dengan Liputan6.com di Gedung LAPAN, Jakarta, Rabu (13/1/2016). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Hitungan mundur 55 hari jelang gerhana matahari total (GMT) sudah dimulai pada Kamis 14 Januari 2016, dan akan berlangsung hingga hari-H pada 9 Maret 2016. Fenomena alam yang bakal melintasi Indonesia ini memang istimewa, sebab hanya terjadi di wilayah Nusantara dan tak melewati area lain.

Namun tak semua warga Indonesia mendapat kesempatan menyaksikan gerhana matahari total itu. Kendati demikian, Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin, memberikan tips kepada sahabat Liputan6.com cara terbaik menyaksikan fenomena indah tersebut.

Pria berkacamata itu menegaskan, gerhana matahari total adalah fenomena yang luar biasa, bukan peristiwa penuh marabahaya.

"... Matahari sama seperti yang kita lihat kok. Yang membahayakan itu kalau kita tidak berhati-hati melihatnya," imbau dia.

Alumni Kyoto University tersebut menambahkan, saat gerhana sebagian, secara refleks mata sudah merasa silau.

"Maka jangan dipaksakan atau berlomba melihat matahari secara langsung. Itu sangat berbahaya."

Saat gerhana total, kata Thomas, justru paling bagus melihat langsung. Tanpa kacamata, tak perlu pakai filter.

"Asal berhati-hati. Yang paling riskan adalah peralihan fase total ke fase sebagian, saat Bulan mulai bergeser, cahaya matahari yang walau baru muncul sedikit sudah sangat kuat. Padahal, pupil mata kita sedang membesar," jelas dia. Hal itu bisa merusak retina.

Jadi, jangan terlalu asyik. Hati-hati.

Selain itu, Thomas juga mengimbau kepada umat muslim yang melaksanakan salat sunah gerhana agar diupayakan dilakukan lebih awal.

"Lebih baik sebelum gerhana total terbentuk, supaya tetap bisa menikmati fenomena tanda-tanda kebesaran Allah. Jadi bisa diperhitungkan salat sunah berjamaah, khotbah, setelah itu seluruh jemaah melihat keindahan itu. Kalau pas fase total gerhana nanti salatnya tidak khusyuk," tuturnya.

Peristiwa gerhana matahari total bukan kali pertama terjadi di Indonesia. Fenomena itu pernah ada pada 1983, 1988, dan 1995.

Namun, Kepala Lapan itu menuturkan, gerhana matahari total 2016 adalah yang pertama terjadi pada Abad ke-21 di Indonesia. Gerhana matahari berikutnya akan terjadi di Indonesia pada 2019, yakni gerhana matahari cincin.

Sementara, gerhana matahari total berikutnya baru melintas di wilayah Nusantara pada 20 April 2023.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya