Masinton Disebut Juga Pernah Lakukan Kekerasan di Apartemen Dita

Direktur LBH APIK Ratna Barata Munti mengungkapkan, peristiwa itu terjadi di apartemen Dita di bilangan Cawang, Jakarta Timur.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 01 Feb 2016, 16:48 WIB
Diterbitkan 01 Feb 2016, 16:48 WIB
Terkait Pemukulan oleh Masinton Pasaribu, PDIP Diminta Bertindak
Inilah tanggapan masyarakat soal dugaan pemukulan yang dilakukan oleh anggota Komisi Hukum DPR dari Fraksi PDIP, Masinton Pasaribu.

Liputan6.com, Jakarta - Korban dugaan kekerasan yang dilakukan anggota Komisi III DPR Masinton Pasaribu, Dita Aditia Ismawati, hari ini menyambangi kantor LBH Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan (APIK) Jakarta. Kedatangan Dita untuk mendapatkan pendampingan hukum, agar kasusnya tidak dikaitkan dengan politik.

"LBH APIK yang biasa menyelesaikan masalah kekerasan perempuan, jadi agar mendapatkan keadilan tanpa adanya framing politik," ujar Sekretaris DPW Partai Nasdem DKI Jakarta Wibi Andrino di lokasi, Jakarta, Senin (1/2/2016).

Senada dengan Wibi, pendiri LBH APIK Nursyahbani Katjasungkana mempertegas bahwa hal ini murni kasus hukum atas dugaan penganiayaan, tanpa ada unsur politik. Dia juga mengungkapkan, kejadian yang menimpa Dita pada 21 Januari lalu bukanlah hal yang pertama kali dilakukan Masinton.

"Penganiayaan ini bukan pertama kali. Ada kejadian sebelumnya tanggal 17 November 2015. Dilaporkan juga oleh sekuriti di sana, tapi ada proses negosiasi agar tidak menjadi masalah besar. Akhirnya disepakati," ungkap Nursyahbani.

Direktur LBH APIK Ratna Barata Munti mengungkapkan, peristiwa itu terjadi di apartemen Dita di bilangan Cawang, Jakarta Timur. Di mana, Dita disebutnya pernah dicekik.

Menurut dia, hal itu lantaran Dita saat ditelepon oleh Masinton tidak diangkat dan ditanya keberadaannya. Menurut Ratna, Dita saat itu sedang menyelesaikan tugas kuliahnya, sehingga tak sempat menjawab panggilan telepon itu.

"Waktu itu ada mediasi, memang memaafkan. Dan di sana itu lebih parah, dicekik, didorong ke dinding. iPad-nya dibanting. Memang menurut Dita, dia (Masinton) temperamental," tutur Ratna.

Masinton Membantah

Masinton sendiri ketika dikofirmasi membantah melakukan pemukulan. Dia justru menduga ada motif politis di belakang pelaporan itu.

"Aku dituduh mukul dia, ini jelas pembunuhan karakter. Karena kejadiannya itu tanggal 21 Januari 2016, sudah mau sepuluh hari, terus tiba-tiba melakukan pelaporan ke polisi. Ya aneh," ujar Masinton, Sabtu (30 Januari 2016)

Dia menjelaskan, waktu itu Kamis, 21 Januari 2016 sekitar pukul 11.00 WIB, dirinya bersama sopir dan staf ahli yang lain, baru pulang dari sebuah acara. Tak berapa lama kemudian, staf ahlinya ditelepon Dita yang minta dijemput di Cikini karena lagi mabuk berat.

"Karena sudah malam saya antar saja. Supirku yang ke dalam. Dita jalan sempoyongan sambil dipapah. Terus dia duduk depan. Sopirku duduk di sampingku. Kemudian kami jemput mobil Dita di kantor Nasdem. Mobil Dita lalu dibawa oleh sopirku," ujar Masinton. Mobil Masinton disetir staf ahlinya yang lain itu.

Selama di mobil, Masinton mengatakan, Dita bertingkah histeris, namun karena mengetahui Dita dalam pengaruh alkohol, dirinya diam saja.

Tak berapa lama kemudian, lanjut dia, Dita bertingkah dengan menarik stir mobil ke kiri hingga oleng. Sopir refleks mengerem mendadak, lalu tangannya ditepis dan terpental kena wajah Dita.

"Namanya mabok gua diem aja lah. Habis itu dia turun teriak-teriak. Di MTH Square, dia turun. Tadinya ditawari berobat dan Dita jawab gak papa dan gak ada darah apa-apa," papar Masinton.

Jadi, lanjut Masinton, lewat kejadian ini, ada kesan sengaja ingin merusak nama baik dirinya. "Ya, kita lihat saja," tandas Masinton.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya