Liputan6.com, Surabaya - Jalan Dukuh Kupang Timur 1 atau lebih akrab disebut Gang Dolly di Surabaya, Jawa Timur kini sangat berbeda dengan kondisi 20 bulan yang lalu. Sejak Pemkot Surabaya menutup lokalisasi Dolly, semuanya berubah fungsi.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Rabu (17/2/2016), Wisma Barbara sebagai wisma terbesar di sana kini sudah jadi sentra usaha kecil dan menengah (UKM) pembuatan alas kaki.
Dalam sehari, 5 pengrajin bisa menghasilkan 10 sampai 15 pasang sepatu. Etalase kaca yang dulu jadi tempat penjaja cinta sesaat, kini jadi gudang bahan baku. Sementara bar dan diskotek jadi ruang produksi sepatu.
Advertisement
Baca Juga
Bahkan sepatu untuk pelantikan Tri Rismaharini dan dan Wisnu Sakti Buana, sebagai wali kota dan wakil wali kota terpilih Surabaya, 17 Februari hari ini dibuat di tempat ini.
Selain menutup Gang Dolly, Pemkot Surabaya juga menutup paksa sejumlah kompleks pelacuran, termasuk kawasan Merah Jarak, yang lokasinya bertetangga dengan Gang Dolly. Kampung yang dahulu berisik dengan suara musik kini sudah tampak seperti permukiman biasa.
Kisah sukses menutup lokalisasi juga pernah dilakukan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso, saat menutup lokalisasi Kramat Tunggak, Jakarta Utara pada 1999. Lokalisasi yang diresmikan Gubernur Ali Sadikin pada tahun 1970 ini awalnya untuk membina penjaja seks komersial (PSK).
Namun berkumpulnya banyak PSK justru dimanfaatkan para mucikari untuk membujuk mereka kembali melayani pria hidung belang.
Di Bandung, Jawa Barat, kawasan lokalisasi Saritem juga sudah dibersihkan dari praktek prostitusi. Namun penutupan lokalisasi di berbagai tempat ini menimbulkan efek lain. Karena tidak semua PSK berhenti dari pekerjaan lamanya, tapi hanya pindah ke tempat lain.
Pemerintah pusat menyatakan dukungan bagi pemerintah daerah untuk menertibkan tempat yang bukan pada peruntukannya, apalagi digunakan untuk tempat prostitusi.
Â