Derita Wanita yang Semen Kaki Demi Bertemu Jokowi

Dalam Keadaan Terpasung Semen, sulit buang air kecil, harus bergantung pada sebuah bilik dan pispot.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 13 Apr 2016, 21:36 WIB
Diterbitkan 13 Apr 2016, 21:36 WIB
20160413-9 perempuan-jakarta-semen kaki
Sembilan wanita yang berprofesi sebagai petani di Pegunungan Karst, Kendeng, Jawa Tengah, memasung kakinya dengan semen. (Liputan6.com/Riza Fanani Novianto)

Liputan6.com, Jakarta - Sembilan wanita memutuskan untuk melakukan aksi ekstrem memasung kakinya dengan semen. Tindakan mereka mengecor kaki dengan semen sebagai bentuk protes pendirian pabrik semen di Pegunungan Karst, Kendeng, Jawa Tengah.

Salah seorang petani, Yebi Yulianti, (28) menceritakan bagaimana kondisinya setelah kakinya dipasung semen. Selama terpasung, ia dan 8 rekannya tinggal di kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat.


Di sana, mereka beraktivitas seperti biasa. Tidur, makan dan minum, sambil menunggu kepastian Presiden Joko Widodo atau Jokowi dapat bertemu dengannya.

"Makan sama minum biasa, ada yang ambilin. Kalau tidur juga dikasur," ujar Yeni sambil menunjukan cara tidurnya di atas kasur di LBH Jakarta, Rabu (13/4/2016).

Namun, yang berbeda, adalah cara untuk buang air kecil. Di mana, harus bergantung pada sebuah bilik dan pispot.

"Dibikin bilik. Jadi kita buang air kecil pakai pispot. Kalau yang lain (bab), kita ke kamar mandi diantar," ungkap Yeni.

Meski demikian, hal ini tidak membuatnya berkecil hati dan menyiutkan nyalinya untuk melakukan aksi. "Kita akan terus lakukan aksi ini sampai ketemu pak Jokowi," tutup Yeni.

Istana Sulit Kabulkan

Kepala Staf Presiden Teten Masduki mengaku akan melaporkan langsung aksi 9 petani wanita tersebut kepada Presiden Jokowi. Teten pun berusaha untuk menyelipkan jadwal pertemuan antara Presiden Jokowi dengan para petani wanita tersebut.

Menurut Teten, pemerintah sulit untuk menghentikan pembangunan pabrik semen tersebut. Salah satu alasannya adalah proyek pembangunan sudah berjalan.

"Opsi dari mereka memang enggak mudah bagi kita untuk memutuskan. Karena investasi sudah jalan, pembangunan sudah jalan. Jadi saya mau ini dikaji serius oleh pemerintah. Kalau ada opsi lain, mungkin jauh lebih mudah menyelesaikannya," ucap Teten.‎

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya