Tim Pangan Bareskrim Didesak Gelar Razia Sembako di Bulan Ramadan

Wakil Ketua Komisi IV DPR itu mengaku, harga daging sapi harus dikendalikan oleh pemerintah.

oleh Taufiqurrohman diperbarui 18 Jun 2016, 23:18 WIB
Diterbitkan 18 Jun 2016, 23:18 WIB
20160613-Hari Kedelapan Ramadan, Harga Daging Sapi Belum Sesuai Harapan Pemerintah
Pedagang saat melayani pembeli di los daging Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin (13/6). Memasuki hari kedelapan bulan Ramadan, harga daging sapi di pasar Jakarta masih berkisar Rp 120.000/kg. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Partai Amanat Nasional (PAN) mendorong Tim Pangan Bareskrim Polri merazia harga-harga kebutuhan pokok diseluruh Indonesia selama bulan suci Ramadan. Sebab, hingga saat ini, khususnya harga daging sapi masih meroket hingga Rp 120 ribu per kilogram. Hal tersebut dinilai akan semakin membebani masyarakat yang merayakan Lebaran.

Menurut politisi PAN Viva Yoga, dibentuknya Tim Pangan Bareskrim Polri sesuai dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan. Pada Pasal 43 disebutkan, jika ada orang atau kelompok yang dengan sengaja menimbun barang pangan dengan harapan jika terjadi kenaikan harga akan dilepas ke pasar untuk mencari keuntungan, maka itu merupakan tindak pidana.

"Jika ada pengusaha yang melakukan kartel, ya ditangkap. Jangan sampai pemerintah cenderung menyalahkan dunia usaha dan dengan gampang melontarkan ada kartel atau mafia daging. Ini kondisi yang tidak baik bagi dunia usaha. Caranya harus melakukan razia secara besar-besaran mulai dari pusat hingga seluruh wilayah Indonesia," kata Viva di Jakarta, Sabtu (18/6/2016).

Wakil Ketua Komisi IV DPR itu mengaku, harga daging sapi harus dikendalikan oleh pemerintah. Kalau harga naik dan tinggi Rp 120 ribu per kilogram, hal itu membebani masyarakat selaku konsumen. Tapi, belum tentu peternak dapat untung. Hal itu disebabkan tata niaga daging masih berbiaya tinggi.

"Komisi IV DPR setuju jika pemerintah pusat dan pemerintah daerah melakukan operasi dan pemantauan setiap hari persoalan harga pangan, bukan hanya sapi, tetapi juga minyak goreng, beras, bawang merah, cabe rawit dan lainnya," ujar dia.

Ke depan, lanjutnya, seluruh elemen harus merubah paradigma pembangunan pertanian. "Jangan seperti sekarang ini. Tanah luas, subur, iklim tropis, masak harus menjadi negara importir. Sangat disayangkan," Viva menandaskan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya