Nada Sumbang Sang Mantan

Diduga gerakan eks TemanAhok tersebut dibekingi ormas parpol.

oleh Nafiysul QodarDelvira Hutabarat diperbarui 23 Jun 2016, 09:14 WIB
Diterbitkan 23 Jun 2016, 09:14 WIB
Mantan TemanAhok
Sejumlah mantan TemanAhok memberikan keterangan terkait Pengumpulan 1 Juta KTP oleh TemanAhok di Jakarta (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - TemanAhok kembali diguncang prahara. Setelah isu gelontoran uang Rp 30 miliar ke rekening mereka, kali ini muncul pernyataan sekelompok orang yang mengatasnamakan bekas relawan TemanAhok.

Mereka adalah Paulus Romindo, Richard Soekarno, Khusnul Nurul, Dodi Hendaryadi, dan Dela Novianti. Versi mereka, TemanAhok melakukan berbagai kecurangan dalam upaya meraup 1 juta Kartu Tanda Penduduk (KTP) sebagai syarat mengusung Ahok dalam Pilkada DKI Jakarta.

Paulus yang juga penanggung jawab KTP di Kelurahan Kamal, dengan nada berapi-api, menyebutkan bahwa menjadi relawan di TemanAhok layaknya bekerja di sebuah perusahaan. Paulus bergabung untuk TemanAhok dari Juni 2015 hingga Mei 2016.

Guna meyakinkan publik, dia menunjukkan surat tugas atau kontrak kerja TemanAhok yang disodorkan kepadanya. Selama bergabung, kata Paulus, TemanAhok membuat capaian perolehan KTP dalam setiap pekannya. Bila angkanya tercapai, ada honor tambahan dari TemanAhok.

"Kami bukan relawan, kami dikontrak, ada SK dan dibayar. Dapat seragam, per minggu 140 KTP honor Rp 500 ribu sampai minggu ketiga. Minggu keempat ditambah Rp 500 ribu. Sebulan Rp 2,5 juta," ujar Paulus dalam jumpa pers di Kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Rabu 22 Juni 2016.

Sejumlah mantan TemanAhok memberikan keterangan terkait Pengumpulan 1 Juta KTP oleh TemanAhok di Jakarta (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Soal KTP yang terkumpul, Paulus mengatakan ia mengakali beragam cara agar mencapai angka yang ditargetkan relawan pengusung Basuki Tjahaja Purnama tersebut.

"Tidak ada data (KTP) yang real dan benar. Sampai korpos (atasan PJ) bermain semua. Ada barter KTP misal, Pinang Ranti sudah setor 140, nah abis itu dibarter bulan depan dengan kelurahan lain, misal Sukabumi Selatan. Verifikasi tidak maksimal. Mereka random telepon, cuma 10-15. Itu yang ngajarin atasan kita. Kita susah karena ada," kata Paulus.

Mantan TemanAhok lainnya, Richard Soekarno menyatakan bahwa sikap yang mereka sampaikan tersebut bukan sebagai bagian dari sakit hati. Mereka menyebut aksi mereka tersebut adalah untuk membongkar kebohongan publik yang dilakukan relawan Ahok.

"Kami tak ingin TemanAhok terus melakukan pembohongan publik," ujar Richard.

Motif Sang Mantan

Lalu, apa motif di balik sikap yang baru digulirkan tersebut?

Pertama, mereka menganggap TemanAhok tidak transparan dalam keuangan. Kedua, TemanAhok dianggap menyampaikan kebohongan terkait 1 juta KTP. Ketiga para mantan TemanAhok takut tersangkut korupsi dengan adanya tudingan uang TemanAhok berasal dari pengembang.

"Alasan keempat hati nurani kami menyampaikan kebenaran ini sebagai wujud permintaan maaf kepada masyarakat Jakarta," ucap Richard.

Posko TemanAhok di Mal Senayan City (Liputan6.com/ Luqman Rimadi)

Alasan lain, lanjut Richard, adalah karena mereka tak ingin citra Ahok yang bersih ternoda dengan ulah TemanAhok. "Menurut saya, kasihan Pak Ahok. Pak Ahok enggak tahu kebohongan publik ini," ujar Richard.

Sementara itu, salah seorang pendiri TemanAhok, Singgih Widiyast‎ono mengatakan lima orang yang melakukan konferensi pers terkait tudingan yang dilontarkan tidak banyak tahu soal TemanAhok. Dia juga mengamini bahwa kelimanya pernah bergabung di TemanAhok, tapi dipecat di tengah jalan.

"Mereka ketahuan melanggar dan tidak tahu perkembangan," ujar Singgih.

Juru bicara TemanAhok, Amalia Ayuningtyas menambahkan, tiga dari mantan TemanAhok tersebut sudah lama dikeluarkan dari tim relawan. Itu lantaran mereka terbukti mengumpulkan KTP 'bodong'. Sementara, dua lainnya baru dikeluarkan dari tim TemanAhok tadi pagi.

"Yang dua lagi baru kita keluarkan tadi pagi. Mereka juga sudah pernah kami beri SP (surat peringatan) juga, karena mengumpulkan KTP bermasalah," papar Amalia.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya