Liputan6.com, Jakarta - Aksi saling serang antara polisi dengan massa terjadi di Jalan Bandengan, Penjaringan, Jakarta Utara, Kamis sore. Akibatnya, dua polisi terluka karena terkena lemparan batu.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Awi Setiyono mengatakan, kericuhan bermula saat Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahoh hendak meresmikan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) di Jalan Bandengan.
Massa yang mengetahui hal tersebut, merapatkan barisan untuk menghadang orang nomor satu di Jakarta itu.
"Waktu peresmian memang kita sudah tahu ada pihak yang kontra. Yang pro kan yang menghadiri, yang kontra yang di jalan. Akhirnya kita bikin plan A dan plan B, seakan-akan Ahok lewat rute umum, tapi ternyata kita pakai rute rahasia," kata Awi di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (23/6/2016).
Plan B atau rencana alternatif polisi berhasil, hingga acara peresmian RPTRA dapat berjalan lancar, tanpa gangguan pendemo. Ahok pun pulang dengan lancar.
Awi menuturkan, sekitar 200 orang yang menolak kedatangan Ahok berkumpul di luar Jalan Bandengan. Merka akhirnya marah karena tak bertemu Ahok.
"Kita upayakan jangan sampai ketemu, kalau ketemu sama saja memberikan umpan, toh. Namun yang terjadi mereka tidak puas karena mereka memang kontra ahok. Wong Ahoknya sudah pulang. Akhirnya mereka lempar-lemparin kita," terang dia.
Menurut Awi, jarak antara RPTRA dengan lokasi bentrokan jauh, sekitar satu kilometer, sehingga para pendemo tak bertemu dengan massa pendukung Ahok.
Mantan Kabid Humas Polda Jawa Barat ini mengatakan, akhirnya polisi melepaskan gas air mata ke arah pendemo, agar mereka menghentikan aksi lempar batu.
"Dipukul mundur sampai jam 17.30 WIB, sebelum magrib lah. Anggota kita tadi 500 orang. 100 Personel dari Polda, sisanya gabungan Polres Jakarta Utara dan Polsek Penjaringan. Dua anggota kena lemparan batu di pelipis," papar Awi.
Mengaku Ormas
Dia juga mengatakan, massa yang anarkis sempat mengaku berasal dari anggota ormas Islam di Jakarta Pusat. Namun, polisi tak percaya begitu saja, karena secara kasat mata, tak terlihat atribut ormas melekat di tubuh mereka.
"Mereka waktu ditanya dari mana, katanya FPI Jakarta Pusat. Tapi anggota tak melihat ada yang pakai atribut FPI. Jadi masih kami dalami siapa mereka. Yang jelas mereka kontra Ahok," ujar dia.
Saat ini, Awi menyebutkan, pihaknya belum mengambil tindakan hukum terhadap massa yang anarkis. Alasannya, polisi menghindari sikap anarkis massa yang lebih parah, jika rekan mereka ditangkap saat itu.
"Belum ada yang diamankan. Kalau diamankan takutnya massa lebih anarkis," kata dia.
Kendati, polisi akan tetap menyelidiki provokator dan peserta demo yang membawa dan melemparkan batu. Polisi di lokasi sudah merekam aksi anarki massa dengan video.
"Makanya kita lagi shooting-shooting saja videonya. Nanti kan dianalisa kapolres," pungkas Awi.