Liputan6.com, Jakarta - Terpidana seumur hidup teroris Bom Bali I Ali Imron mengaku sangat menyesali perbuatan ekstrem yang telah dilakukannya pada masa lalu. Demi menebus itu semua, dia berharap bisa mendapatkan grasi dari pemerintah agar dapat dengan mudah bersosialisasi ke masyarakat terkait bahaya terorisme.Â
"Saya enggak banding. Karena akan menyakiti keluarga korban. Saya hanya mengajukan grasi. Zaman Bu Mega ditolak. Zaman Pak SBY juga. Semoga yang sekarang bisa. Pengajuan dari seumur hidup menjadi 20 tahun. Saya ingin mudah sosialisasi seperti ini tanpa sulit izin-izin. Ini tanggung jawab saya," tutur Ali Imron di Masjid Al Fataa, Jalan Menteng Raya, Kebon Sirih, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (28/6/2016).
Baca Juga
Dia tidak menampik bahwa pengeboman yang terjadi di Bali merupakan ulahnya. Bahkan, dia menegaskan kepada masyarakat untuk tidak mencari-cari kambing hitam terkait aksi brutal yang telah mereka lakukan.
Advertisement
"Jangan ragu bahwa bom itu buatan kami sendiri. Jangan sampai malah membenci lainnya tidak karuan. Menganggap itu bom dari Amerika dan sekutunya. Bukan. Itu memang kami," terang dia.
Pria yang akrab disapa Ali itu pun menjelaskan, dia dan rekan sesama teroris tidak memerlukan bantuan bahan peledak siap pakai dari negara lain. Pasalnya, mereka memiliki keterampilan untuk merakit dan membuat itu semua.
"Kenapa kami bisa buat bom? Kami ini alumni Afghanistan. Hampir 8 tahun. Kami di sana militer. Dari pistol pulpen sampai tank bisa kami bawa. Ini fakta supaya kalian ini mengerti terorisme," jelas dia.
Sebagai seorang muslim, dia juga mengakui bahwa tetap berharap agar Indonesia dapat menjadi negara Islam. Namun, dia menginginkan itu terjadi dengan cara yang membawa kemaslahatan bagi setiap elemen masyarakat.
"Mari kita jadi muslim yang benar. Yang punya niat mendirikan negara Islam monggo. Tapi dengan cara-cara yang benar menurut Alquran dan Sunah, dan Islam Rahmatan Lil Alamin," pungkas Ali.
**Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.
Â