Imam Besar Istiqlal Soroti Bom Bunuh Diri Atas Nama Dalil Agama

Atas nama agama, umat kerap menghalalkan berbagai hal, padahal tidak tepat. Termasuk melakukan bom bunuh diri.

oleh Muslim AR diperbarui 06 Jul 2016, 07:31 WIB
Diterbitkan 06 Jul 2016, 07:31 WIB
Salat Id di Masjid Istiqlal
Salat Idul Fitri di Masjid Istiqlal. (Liputan6.com/Faisal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Atas nama agama, umat kerap menghalalkan berbagai hal, padahal tidak tepat. Termasuk melakukan bom bunuh diri.

"Atas nama dalil agama, bom bunuh diri dihalalkan. Atas nama mazhab, orang lain dikafirkan," ucap Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar saat menyampaikan khotbah Idul Fitri di Masjid Istiqlal, Jakarta, Rabu (6/7/2016).

Nasaruddin juga menyoroti ditolerirnya berbagai aliran menyimpang atas nama kebebasan. Lalu atas nama berserikat, ormas-ormas terlarang dilindungi.

"Masjid harus steril dari berbagai kepentingan. Sudah saatnya semua pihak, tanpa menunjuk siapa yang salah, untuk memikul amanat bersama untuk negeri tercinta," ajak Nasaruddin.

Nasaruddin juga menilai globalisasi memang dibutuhkan. Namun perlu lebih cerdas dan selektif memilih. Harus dapat dimanfaatkan sebagai pelestari dan pengembang nilai agama dan budaya lokal.

Salat Idul Fitri di Masjid Istiqlal ini dihadiri oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla bersama istri yakni Mufidah Kalla. Turut hadir juga sejumlah duta besar negara sahabat.

Tidak Islami

Nasaruddin menilai pelaku bom bunuh diri tidak islami, karena tidak pernah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabat.

"Kejadian bom bunuh diri di Medinah, Turki, Afghanistan dan dalam negeri (bom Solo), itu jalan pintas, tidak dibenarkan syariat dan tidak pernah dicontohkan nabi dan sahabatnya. Jika itu dibenarkan mengapa tidak dicontohkan, padahal setiap hari nabi itu berperang, sahabat setiap hari menghadapi tantangan," kata Nasaruddin, Selasa 5 Juli 2016, seperti dikutip dari Antara.

Nasaruddin menegaskan, sangat tidak tepat orang yang mengatasnamakan Islam dengan melakukan kekerasan seperti pemboman, karena Allah SWT mencintai kelembutan dan kasih sayang, bukan Tuhan yang penghukum atau penyiksa.

"Jadi kualitas Islam yang baik adalah orang yang mencontoh visi dan misi pada bulan Ramadan dengan menebarkan kasih sayang kepada sesama, karena sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi sesama. Allah SWT mengatakan bukan hanya untuk orang Islam tetapi juga untuk agama lain, apa pun warga negaranya. Sehingga tidak ada tempat bagi mereka yang melakukan kekerasan atas nama Islam," tegas ulama dan intelektual muslim terkemuka ini.

Nasaruddin mengimbau umat Islam Indonesia lebih matang, arif dan bijaksana, sehingga tidak mudah terpancing oleh keadaan apa pun, terutama generasi muda agar menyalurkan energinya untuk berjihad dalam hal positif untuk memerangi kemiskinan dan juga kebodohan.

"Mereka generasi muda yang energinya terbuang percuma jika harus berjihad di jalan seperti itu, masa orang harus terbunuh, ini sangat disayangkan, karena energinya bisa untuk disalurkan dalam jihad memerangi kemiskinan dan kebodohan," ucap Nazaruddin.

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya