Orangtua Korban Vaksin Palsu Tuntut RS Harapan Bunda Transparan

Para orangtua korban meminta Kementerian Kesehatan mencabut seluruh kegiatan di RS Harapan Bunda.

oleh Nanda Perdana Putra diperbarui 20 Jul 2016, 21:43 WIB
Diterbitkan 20 Jul 2016, 21:43 WIB
20160715-Gunakan Vaksin Palsu, RS Harapan Bunda Janji Tak Lari dari Tanggung Jawab-Jakarta
Tim dokter menyampaikan keterangan kepada orangtua yang anaknya menjadi korban vaksin palsu di halaman parkir RS Harapan Bunda, Jakarta, Jumat (15/7). Pihak RS menyatakan peredaran vaksin palsu dimulai dari Maret-Juni 2016 (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Para orangtua yang anaknya menjadi korban vaksin palsu menuntut keterbukaan pihak Rumah Sakit (RS) Harapan Bunda dalam menangani masalah ini.

Dian (34), salah satu orangtua yang anaknya jadi korban vaksin palsu mengatakan, pihak RS Harapan Bunda seharusnya melakukan medical check up untuk anaknya. Dia menuntut transparansi terkait obat apa saja yang kini sudah mengalir di tubuh buah hatinya.

"Saya minta untuk sekarang vaksin ulang. Tapi sebelumnya, lakukan medical check up kepada anak saya," tutur Dian di RS Harapan Bunda, Kramatjati, Jakarta Timur, Rabu (20/7/2016).

Orangtua pasien lainnya, Niken (33) menambahkan, RS Harapan Bunda seharusnya lebih terbuka dalam menjelaskan efek jangka panjang vaksin palsu.

"Kami hanya meminta keterbukaan dari pihak rumah sakit, untuk mengetahui peredaran vaksin palsu ini. Apa kandungan yang ada di dalamnya. Jujur saja kita sebagai orangtua awam, kaget saat mengetahui vaksin di sini palsu. Dan efek jangka panjangnya seperti apa," kata Dian.

Perwakilan orangtua korban RS Harapan Bunda, August Siregar menyatakan, RS Harapan Bunda hingga saat ini belum kooperatif. Maka itu, para orangtua korban meminta Kementerian Kesehatan mencabut seluruh kegiatan di RS Harapan Bunda.

"Sehebat apa RS Harapan Bunda? Menteri Kesehatan dapat mencabut kegiatan di RS Harapan Bunda, kami sudah diterima DPR beberapa waktu yang lalu," ucap August.

Menurut dia, masalah vaksin palsu telah membuat resah. "Vaksin palsu lebih bahaya dari narkoba," ujar August.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya