Pameran Mural dan Manusia Purba Bakal Ramaikan WCF 2016 di Bali

Tak hanya mural dan lukisan, kehidupan manusia purba juga akan dipamerkan dalam acara WCF 2016.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 10 Okt 2016, 15:44 WIB
Diterbitkan 10 Okt 2016, 15:44 WIB
WCF 2016
(Liputan6.com/Devira Prastiwi)

Liputan6.com, Nusa Dua - World Culture Forum (WCF) atau Forum kebudayaan Dunia dimeriahkan beragam pameran kebudayaan, di antaranya pameran mural art atau seni visual jalanan. Pameran ini akan berlangsung dari 10 hingga 14 Oktober 2016.

Pameran ini berlangsung melalui program dukungan sinergi dari Galeri Nasional Indonesia. Seni visual jalanan ini akan menampilkan karya-karya bertajuk Budaya untuk Bumi yang Terbuka, Toleran, dan Beragam di Bentara Budaya, Bali.

Kepala Galeri Nasional Indonesia Tubagus Andre Sukmana menjelaskan, pameran seni rupa ini merupakan bentuk partisipasi aktif para seniman atau perupa, yang telah berkarya cukup lama di Bali.

"Pameran mural merupakan bentuk partisipasi aktif para seniman, dengan karya-karya yang mengetengahkan tentang budaya untuk bumi yang terbuka, toleran, dan beragam, sejalan dengan tema utama WCF 2016 kali ini," kata Tubagus di Nusa Dua, Bali (10/10/2016).

Mural atau juga dikenal seni visual jalanan adalah akulturasi antara seni dengan nilai-nilai urban dan lainnya, yang memanfaatkan ruang publik seperti tembok atau dinding. Perkembangan seni ini semakin pesat sejak memasuki abad ke-20.

Dalam pameran ini, Galeri Nasional Indonesia mengundang empat komunitas perupa mural yang sudah berpengalaman di Bali dan sekitarnya, yaitu Komunitas Jamur, Komunitas Pojok, Komunitas Slinat, dan Komunitas Batu Belah (Suklu).

Selain pameran mural, terdapat pameran lukisan karya pelukis maestro Indonesia, dengan tajuk Take A Closer Look to The National Gallery of Indonesia.

Pameran ini memajang dua repro atau reproduksi lukisan karya pelukis maestro Indonesia. Di antaranya lukisan berjudul Kapal Dilanda Badai (1851) karya Raden Saleh Syarif Bustaman dan lukisan Ibuku (1941) karya Affandi.

Tak hanya mural dan lukisan, kehidupan manusia purba juga akan dipamerkan dalam acara WCF 2016. Yakni patung Homo Erectus, tengkorak manusia purba dan budayanya, fosil gading gajah, serta virtual museum.

(Liputan6.com/Devira Prastiwi)

Pameran yang digelar selama lima hari ini akan memanjakan pengunjung dengan berbagai informasi yang disajikan, termasuk tentang kebesaran Situs Sangiran.

Situs Sangiran merupakan situs manusia purba terbesar dan terpenting di dunia yang terletak di Kabupaten Sragen dan Karanganyar, Jawa Tengah. Sebanyak 100 fosil manusia purba Homo Erectus atau 50 persen lebih temuan fosil Homo Erectus di dunia, dan lebih dari 60 persen ditemukan di Indonesia.

Situs manusia purba Sangiran merupakan satu-satunya situs prasejarah yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia, pada 5 Desember 1996 oleh UNESCO, yaitu sebagai The Early Man Site.

"Persiapan yang matang serta rencana perjalanan yang jauh diperhitungkan dengan matang. Saat sampai lokasi, tim siap membangun stan dan saat acara WCF dibuka, pemandu siap menyajikan informasi," ujar Kasi Pemanfaatan BPSMP Sangiran, Dody Wiranto.

"Kami akan maksimal dalam memberi informasi pada masyarakat dalam acara WCF, jarak yang jauh tidak menjadi kendala utama bagi kami. Dengan persiapan yang matang, Sangiran siap menyapa Bali dengan informasi Sangiran yang sudah dikenal dunia," pungkas Dody.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya