Liputan6.com, Jakarta Air mata Gadis Julianti Permatasari terus membasahi pipinya, ketika mengingat anak bungsunya, Bastian Emerladi, terbujur kaku.
Perempuan 22 tahun itu masih tak habis pikir wanita yang dipercaya mengasuh anaknya, justru dengan sadisnya menghabisi bocah yang biasa dipanggil Gerald.
"Itu kan anak kecil yang belum punya dosa. Apa salah anak saya?" tanya Gadis, Depok, Jumat 25 November 2016.
Advertisement
Kematian tragis balita dua tahun ini berdasarkan keterangan penyidik Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polresta Depok.
Gadis tak menyangka si pengasuh menganiaya buah hatinya hingga meninggal. Hal itulah yang tak pernah hilang dari benaknya.
"Saya denger pelaku marah karena dengar almarhum batuk-batuk. Kemudian palanya di goyang-goyangin, terus dibenturin ke lantai. Itu yang menyebabkan kematiannya," ungkap dia.
Gadis kini hatinya hancur berkeping-keping. Padahal, dulunya orangtua Yuniarti yang mengajukan diri merawat kedua anaknya, Berliana Akila dan Bastian Emerladi.
"Ibu pengasuh sudah saya anggap sebagai ibu sendiri. Ibunya juga sudah mengaggap saya sebagai anaknya sendiri. Ibunya minta tolong ke pengasuh. Dia mau asalkan anak saya dibawa ke rumahnya di Cilangkap," kenang dia.
Tapi apalah daya, nasi sudah menjadi bubur. Air mata Gadis tak mampu menghidupkan buah hatinya itu, yang tertinggal hanyalah penyesalan.
Kini Gadis hanya bisa berharap pengadilan dapat membayar perbuatan kejam sang pengasuh bayinya dengan hukuman yang setimpal.
"Saya enggak terima anak saya dibunuh. Apalagi dia bohong katanya anak saya sering muntah-muntah, tapi selama sama saya itu enggak pernah muntah," kata dia.
Penganiayaan hingga meninggal ini kini menjadi pengalaman yang memilukan bagi Gadis. Ke depan, ia berjanji merawat kakak Gerald, yang satu tahun lebih tua dari adiknya itu.
"Udah cukup. Kakaknya bakalan saya sendiri yang ngerawat," pungkas Gadis.