Liputan6.com, Jakarta - Survei yang digelar The Wahid Institute tentang toleransi di tengah masyarakat Indonesia pada Mei 2016 antara lain memperlihatkan sekitar 0.4 persen masyarakat Indonesia pernah melakukan radikalisme.
"Kalau melihat dari penduduk Indonesia keseluruhan, 0,4 persen bisa sampai 600 ribu orang yang pernah melakukan hal tersebut," ucap Yenny Wahid, pendiri The Wahid Institute, di kawasan Pengangsaan, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (22/12/2016).
Sementara, sekitar 11 juta orang atau 7,7 persen masyarakat Indonesia tak sungkan untuk melakukan tindakan yang bersifat radikalisme. Angka itu hampir sama dengan jumlah penduduk DKI Jakarta dan Bali digabung jadi satu.
Advertisement
"Angka 11 juta orang itu mau melakukan tindakan radikal apabila memungkinan. Tindakannya seperti merusak fasilitas ibadah dan segala macam. Kami belum memasukkan tindakan teroris," tutur Yenny.
Putri dari Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau Gusdur itu juga sempat menggelar survei di kalangan pelajar, khususnya yang ikut dalam organisasi Rohis (Rohani Islam).
"Hasilnya 6,8 persen anak-anak ini ingin ke Suriah dan melakukan jihad. Dan anak-anak ini paling pintar di sekolahnya. Dan 9 persen dari mereka menganggap bom Thamrin adalah aksi jihad," kata Yenny.
Melihat data dari survei tersebut, Yenny mengatakan harusnya pemerintah bisa meminimalisasi dan mengantisipasi tindakan kekerasan dengan cara apa pun sebelum semuanya terjadi dan mengganggu kebinekaan.