Liputan6.com, Rembang - Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Muhammad Tholchah Hasan mengungkapkan keprihatinannya atas konflik berkepanjangan yang terjadi di beberapa negara mayoritas berpenduduk muslim.
Setidaknya ada lima negara mayoritas berpenduduk muslim yang menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tidak aman. Kelima negara tersebut Suriah, Irak, Afghanistan, Yaman, dan Somalia.
Baca Juga
"Ini negara yang dianggap paling tidak aman dan tidak ada kedamaian di sana," ujar Tholchah dalam sambutannya pada acara Silaturahim Nasional Alim Ulama Nusantara di Ponpes Al Anwar, Sarang, Rembang, Jawa Tengah, Kamis 16 Maret 2017.
Advertisement
Menurut Tholchah, konflik di beberapa negara Timur Tengah setidaknya telah menyebabkan 30 ribu nyawa melayang sia-sia selama dua tahun terakhir. Sebanyak 30 Juta lebih umat muslim terpaksa mengungsi ke beberapa negara karena perang saudara ini.
"Kemudian dalam minggu ini, oleh PBB ada empat negara paling kelaparan di dunia ini, itu juga mayoritas negara penduduk Islam, yakni Somalia, Sudan Selatan, Nigeria, dan Yaman. 30 Persen penduduk muslim di negara-negara itu terancam kematian karena kelaparan," beber dia.
Kondisi itu bisa saja menimpa Indonesia yang juga berpenduduk mayoritas muslim. Namun hal itu bisa dicegah jika bangsanya selalu memegang teguh ajaran leluhur dalam menjaga keutuhan, persatuan dan kesatuan.
Mantan Menteri Agama era Gus Dur ini mengatakan, ada beberapa perbedaan mendasar yang membedakan antara umat muslim di Indonesia dengan umat muslim di beberapa negara konflik. Entah apa faktornya, mereka cenderung mencintai agamanya, tapi kurang mencintai negaranya.
"Sehingga ketika terjadi sesuatu berbeda pendapat pada masalah agama, aqidah, mazhab dengan bangsanya sendiri, itu dapat menyulut peperangan, perkelahian, konflik yang menimbulkan korban banyak," ucap Tholchah.
Karena itu, sang kiai mengajak kita bersyukur menjadi bangsa Indonesia, di mana para ulama selalu mendidik umatnya agar senantiasa mencintai agama dan negaranya. Indonesia memang beragam. Namun perbedaan itu dapat disikapi secara arif dan bijaksana sehingga tak menyulut konflik yang bermuara ke perpecahan.
"Barangkali itu yang disebutkan bahwa memang Allah tak menghendaki manusia di dunia ini sama. Kita meskipun beda, tapi perbedaan itu tak sampai membawa kita pada perang saudara, konflik, dan sebagainya," kata dia.
Ia berharap agar NU bisa menjadi pelopor dan merangkul semua bangsa untuk menjaga persatuan dan kesatuan. Dia juga berharap agar ajaran untuk mencintai agama dan negara terus dilestarikan oleh generasi penerus.
"Semoga pertemuan ulama (NU) ini bisa saling mengingatkan semua tugas kita yang mungkin berat tapi mulia ini," Tholchah Hasan memungkasi.