Kisah Budi Mengais Untung dari Sampah May Day

Tebaran sampah tersebut adalah rejeki bagi Budi, pria yang berusia 52 tahun itu.

oleh Liputan6 diperbarui 02 Mei 2017, 07:47 WIB
Diterbitkan 02 Mei 2017, 07:47 WIB
Andry Haryanto/Liputan6.com
Keluarga Budi memilah botol plastik sisa aksi 1 Mei

Liputan6.com, Jakarta - Aksi buruh di Hari Buruh Internasional, 1 Mei 2017, kemarin, meninggalkan jejak sampah yang berserakan. Botol bekas air mineral, wadah makanan, dan sampah lain berserakan di sekitar lokasi demo yang berpusat di Patung Kuda, Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat.

Meski merusak pemandangan, rupanya tebaran sampah ini menjadi ladang rezeki bagi Budi. Bapak satu anak ini sangat menggantungkan hidupnya dari sampah.

Ditemani istrinya, Imah, dan Aldi, anaknya, pria yang tinggal di Tanah Abang ini sibuk memilah sampah peninggalan demonstran.

Budi mengaku sampah hasil aksi 1 Mei atau May Day tahun ini menurun. "Tahun kemarin kan sampahnya banyak banget tuh, sekarang ada relawannya dari buruh. Kalau dulu kan gak ada," ujar Budi, sambil merapikan botol yang didapatkannya, Senin 1 Mei 2017.

Pria berusia 52 tahun ini mendapat Rp 1.000 per kilogram sampah botol yang didapatnya. Satu karung besar yang dia bawa biasanya beratnya mencapai 7 hingga 8 kilogram.

Meski menurun dibanding tahun lalu, Budi tetap bersyukur. Sampah May Day sudah cukup untuk membeli beras satu sampai dua liter.

"Rajin, enggak malu, sudah hidup aman. Orang bilang Jakarta susah itu yang males, yang penting intinya enggak merugikan orang, buat keluarga, anak dan bayar kontrakan," ujar Budi.

Ribuan buruh memadati Ibu Kota merayakan Hari Buruh Internasional, 1 Mei 2017. Berbeda dengan tahun sebelumnya ketika aksi bisa dilakukan di depan Istana Negara, tahun ini, aksi May Day hanya diperbolehkan di kawasan Patung Kuda Thamrin atau sekitar Jalan Medan Merdeka Barat. Ribuan peserta pun memusatkan aksinya di kawasan ini. (Arief Kamaludin)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya