Sumanto Al Qurtuby: Konflik Timur Tengah Bukan soal Agama

Profesor Sumanto Al Qurtuby mengimbau masyarakat Indonesia jangan memaknai konflik di Timur Tengah sebagai konflik agama.

oleh Arnaz Sofian diperbarui 23 Jul 2017, 08:11 WIB
Diterbitkan 23 Jul 2017, 08:11 WIB

Liputan6.com, Depok - Forum Bela Negara Alumni Universitas Indonesia (BARA UI) dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia menggelar diskusi bertajuk "Radikalisme di Timur Tengah dan Pengaruhnya di Indonesia" pada Sabtu 22 Juli 2017.

Seperti ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Minggu (23/7/2017), hadir sebagai pembicara antara lain Direktur Wahid Institute Yenny Wahid dan Ketua Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komisaris Jenderal Polisi Suhardi Alius. Selain keduanya, hadir juga akademisi Sumanto Al Qurtuby.

Menurut Sumanto Al Qurtuby, konflik di Timur Tengah tidak terkait dengan perseteruan antara Sunni dan Syiah. Namun, lebih karena perebutan kekuasaan atau politik.

Itulah sebabnya, pengajar King Fahd University Arab Saudi ini mengimbau masyarakat Indonesia jangan memaknai konflik di Timur Tengah sebagai konflik agama. Terlebih lagi, menurut Suhardi Alius, saat ini para radikalis punya banyak taktik mendoktrin para remaja dan masyarakat.

Di sini lah, bagi Suhardi, pentingnya meredam paham radikal dengan memanfaatkan mereka yang telah menyadari kekeliruannya.

Sementara itu, Yenny Wahid berpendapat bila usia remaja paling rentan untuk menjadi intoleran dan radikal. Itulah sebabnya peran masyarakat amat sangat penting agar sikap toleransi dan ideologi Pancasila tetap terjaga.

Diharapkan dari diskusi yang berlangsung selama tiga jam di Auditorium PPSDM Kementerian Kesehatan itu masyarakat dapat menyadari pentingnya toleransi. Sehingga, dapat mencegah merebaknya paham radikal di Tanah Air.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya