Pro Kontra Harga Beras Dipatok Berdasarkan Zonasi

Dari pedagang, cenderung sepakat dengan adanya kebijakan ini. Karena akan menjaga harga beras. Dari sisi konsumen, banyak yang keberatan.

oleh Raden Trimutia Hatta diperbarui 06 Sep 2017, 14:02 WIB
Diterbitkan 06 Sep 2017, 14:02 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Pascapemerintah mematok harga beras berdasarkan zonasi melalui eceran harga tertinggi, kebijakan kenaikan harga beras hingga kini masih menuai pro kontra.

Seperti ditayangkan Liputan6 Siang SCTV, Rabu (6/10/2017), pro kontra terjadi antara pedagang dan pembeli. Dari sisi pedagang, mereka cenderung sepakat dengan adanya kebijakan ini, karena akan menjaga harga beras.

Dari sisi konsumen, tidak sedikit yang merasa keberatan.

Harga eceran tertinggi beras ditetapkan menurut zonasi penjualannya. Untuk harga eceran tertinggi kelas premium, termurah ada di Jawa, Lampung, dan Sumatera Selatan, yaitu sebesar Rp 12.800.

Sedangkan untuk harga eceran premium tertinggi adalah sebesar Rp 13.600 yang berlaku di Maluku dan Papua.

Meski telah diberlakukan, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita memberikan toleransi untuk para pedagang agar bisa menghabiskan stok beras yang lama. Sebelum beralih menetapkan harga eceran tertinggi.

Pemerintah yakin kebijakan ini bisa mensejahterakan rakyat dengan tetap memperhatikan daya belinya, sementara para petani juga tidak akan dirugikan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya