Liputan6.com, Jakarta - Indonesia Corruption Watch (ICW) mendesak Presiden Prabowo Subianto untuk segera menghentikan pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG). Desakan ini disampaikan setelah ICW mengungkap berbagai permasalahan serius yang membelit program andalan pemerintah tersebut, mulai dari dugaan korupsi hingga buruknya kualitas layanan.
Dalam kajiannya, ICW mencatat sedikitnya empat persoalan utama dalam implementasi program MBG yang berpotensi merugikan negara sekaligus merusak tujuan awal program: meningkatkan gizi dan kesejahteraan anak-anak sekolah di Indonesia.
Baca Juga
1. Dugaan Kecurangan Pengelolaan Anggaran
Advertisement
ICW menemukan indikasi kuat adanya penyimpangan anggaran dalam pelaksanaan MBG. Salah satu mitra dapur di Kalibata, Jakarta Selatan, mengaku mengalami kerugian hingga nyaris Rp 1 miliar setelah tidak menerima pembayaran dari Yayasan MBN, mitra Badan Gizi Nasional (BGN). Padahal dapur tersebut telah memasak lebih dari 65.000 porsi makanan pada Februari hingga Maret 2025.
Situasi serupa juga terjadi di daerah lain. Di Sumenep, Madura, para petugas dapur MBG memilih berhenti bekerja karena beban kerja yang berat tak sebanding dengan upah. ICW juga mencatat adanya dugaan monopoli pengadaan alat dapur oleh BGN, yang memperlihatkan lemahnya pengawasan terhadap pelaksanaan program.
2. Penyaluran Anggaran Diduga Langgar Aturan
ICW menyebut, penyaluran anggaran MBG tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan (Permenkeu) Nomor 132/PMK.05/2021 yang mengatur bantuan pemerintah. Dalam aturan tersebut, dana bantuan harus langsung disalurkan ke penerima manfaat, bukan melalui pihak ketiga seperti yayasan atau mitra eksternal.
"Model penyaluran yang tidak langsung seperti ini membuka celah korupsi," tegas ICW dalam keterangannya.
3. Ketimpangan dan Kualitas Makanan Buruk
Selain persoalan anggaran, MBG juga dinilai tidak memenuhi standar layanan. ICW mengungkap adanya ketimpangan alat makan antar sekolah: sebagian menggunakan wadah stainless steel, sementara yang lain hanya mendapatkan wadah plastik tipis yang berisiko bagi kesehatan.
Tak hanya itu, kualitas makanan pun dipertanyakan. Telur rebus tidak layak konsumsi ditemukan di beberapa sekolah, dan banyak siswa terpaksa membuang makanan karena rasa yang tidak enak.
4. Proses Rekrutmen SPPI Bermasalah
Masalah lain yang tak kalah serius adalah ketidakterbukaan dalam proses rekrutmen Sarjana Penggerak Pembangunan Indonesia (SPPI). ICW menilai pendaftaran calon SPPI kacau, mulai dari nama peserta yang hilang usai dinyatakan lulus, platform digital yang bermasalah, hingga indikasi intervensi militer dalam pelaksanaan program.
Berdasarkan seluruh temuan tersebut, ICW menilai bahwa program MBG telah jauh menyimpang dari tujuan mulianya. Untuk itu, mereka menuntut Presiden Prabowo mengambil sikap tegas dengan menghentikan pelaksanaan program MBG dan melakukan evaluasi menyeluruh.
"Presiden harus menunjukkan komitmennya terhadap akuntabilitas dan transparansi dengan segera menghentikan proyek MBG yang penuh masalah ini," tegas ICW dalam pernyataannya.
Menko Pemberdayaan Masyarakat Minta Kemenkes Turun Tangan, Usut Dugaan Keracunan Siswa Usai Santap MBG
Puluhan siswa dari dua sekolah di Cianjur mengalami keracunan massal diduga usai menyantap makan bergizi gratis (MBG) pada Senin 21 April 2025.
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Muhaimin Iskandar atau akrab disapa Cak Imin meminta Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengusut sumber utama keracunan itu.
"Nah itu yang harus dicek sumber utamanya ya. Tolong kepada Kementerian Kesehatan mengecek sumber utama keracunan itu," kata dia di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu 23 April 2025.
Menurut Ketua Umum PKB ini, Kemenkes bisa turun tangan dengan mengecek dapur pembuatan MBG maupun proses pengantaran makanan.
"Apakah dari dapurnya, apakah dari proses angkutannya, apakah dari tempat lain-lain," ucapnya.
Dia pun hingga kini menunggu hasil investigasi keracunan itu dan meminta pihak terkait di daerah mengambil langkah cepat.
"Nanti kita tunggu aja investigasinya. Laboratorium Kesehatan Daerah harus cepat ya mengambil langkah-langkah supaya kita tenang," pungkasnya.
Puluhan siswa dari dua sekolah yakni MAN 1 Cianjur dan SMP PGRI 1 Cianjur mengalami keracunan massal diduga usai menyantap makan bergizi gratis (MBG) pada Senin (21/4/2025). Mereka mengalami gejala pusing, mual, dan muntah sehingga dibawa ke rumah sakit.
Humas RSUD Sayang Cianjur, Raya Sandi mengatakan, sejak sore hingga Senin malam sebanyak 35 pasien dari SMP PGRI 1 Cianjur diterima pihak rumah sakit dengan indikasi keracunan makanan.
Advertisement
Puluhan Siswa di Cianjur Masuk Rumah Sakit
“Memang betul semalam itu (senin) menerima pasien yang berjumlah 35 siswa yang terindikasi keracunan makanan. Namun sejauh ini masih kita selidiki penyebab keracunan tersebut,” ujarnya, Selasa (22/5/2025).
Dia mengatakan, dari jumlah pasien yang diduga menderita keracunan massal ini sebagian besar merupakan siswa perempuan berjumlah 25 siswa, selebihnya 10 siswa laki-laki. Usai diobservasi puluhan siswa ini diperbolehkan pulang dan melakukan pemeriksaan rawat jalan.
“Pihak rumah sakit Sayang lebih memfokuskan memberikan pelayanan terbaik kepada pasien yang terdampak, semua pasien sudah diobservasi yang 35 itu sudah diperbolehkan pulang dan untuk pembiayaan kami bebaskan,” jelasnya.
Lebih lanjut, pada Selasa (22/5) pihak rumah sakit kembali menerima pasien pelajar dengan indikasi serupa diduga keracunan makanan sebanyak 14 orang dari PGRI 1 Cianjur dan MAN 1 Cianjur. Dia menuturkan, para pasien mengeluhkan pusing, mual, muntah hingga diare.
“Kami kembali menerima pasien yang diduga mengalami keracunan makanan yang kejadian tersebut bermula dari kemarin Senin (21/4) diantaranya dari SMP PGRI 1 terindikasi 14 orang (9 perempuan dan 4 laki-laki) dan dari MAN 1 Cianjur ada 1 orang,” ungkapnya.
Hingga Selasa sore, puluhan pelajar ini diperbolehkan pulang dan melakukan pemeriksaan rawat jalan. Selain di RSUD Sayang, sebagian siswa mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Bhayangkara Cianjur.
