Menanti Solusi Banjir Jakarta

Hujan ekstrem mengguyur Jakarta. Ibu Kota dikepung banjir, lalu lintas lumpuh. Apa solusi dari pejabat Pemprov DKI?

oleh Raden Trimutia HattaMuhammad AliDelvira Hutabarat diperbarui 12 Des 2017, 00:04 WIB
Diterbitkan 12 Des 2017, 00:04 WIB
Jakarta Hujan Lebat, Banjir Rendam Terowongan Dukuh Atas
Petugas mengecek kondisi air yang membanjiri terowongan Dukuh Atas, Jakarta, Senin (11/12). Hujan lebat yang mengguyur ibu kota mengakibatkan genangan hingga satu meter di lokasi tersebut. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Hujan lebat disertai kilauan kilat menyapa Ibu Kota. Suara petir yang menggelegar menimbulkan suasana tersendiri bagi warga. Mereka kian waspada setelah melihat langit Jakarta tampak semakin gelap tertutup awan yang sangat hitam.

Kondisi ini mengidentifikasikan bahwa cuaca pada Senin siang 11 Desember 2017 itu bukan kejadian biasa. Cuaca itu bisa dibilang ekstrem.

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), hujan ekstrem ini terjadi lantaran adanya pengumpulan masa udara basah dan uap air yang cukup signifikan. Proses itu sudah berlangsung sejak Minggu 10 Desember 2017.

"Ada indikasi potensi pembentukan dan pertumbuhan awan hujan sehingga indikasi potensi hujannya lebih didominasi intensitas lebat-sangat lebat dalam hitungan jam," kata Kepala Bagian Humas BMKG Hary Tirto Djatmiko kepada Liputan6.com, Jakarta, Senin (11/12/2017).

Akibat hujan yang berlangsung sekitar 3 jam tersebut, Jakarta menjadi lumpuh. Tak hanya diwarnai pohon tumbang, sejumlah ruas jalan utama juga dikepung banjir dengan ketinggian variatif.

Pantauan Liputan6.com, banjir menggenangi ruas Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta. Bahkan, kompleks menteri di Jalan Denpasar juga terendam.

Masih di daerah Kuningan juga terlihat air menggenang di depan Bank UOB. Ketinggian banjir mencapai sekitar 40 cm. Banjir yang terjadi menyebabkan arus lalu lintas terganggu.

Banjir di Jalan Gatot Subroto, Jakarta. (Ist)

Kendaraan roda empat pun sudah tidak dapat melewati daerah tersebut.

Selain itu, banjir juga terjadi di ruas Tol Dalam Kota dan Jalan Gatot Subroto mengarah ke Pancoran. Tepatnya dari depan Gedung Bulog dan Kantor Kemnaker.

Yang terparah, air setinggi 50-100 sentimeter menggenangi jalur terowongan Dukuh Atas, Jakarta Pusat. Akibatnya, para pengendara harus mencari alternatif lain jika tak ingin kendaraannya mogok setelah menerobos banjir.

Petugas dibantu warga mendorong truk yang mogok akibat terjebak banjir di terowongan Dukuh Atas, Jakarta, Senin (11/12). Hujan lebat yang mengguyur ibu kota mengakibatkan genangan hingga satu meter di lokasi tersebut. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Seperti truk yang nekat 'berenang' di terowongan Dukuh Atas ini. Kendaraan tersebut harus menyerah setelah tak kuat menerjang banjir Jakarta. Akibatnya, truk itu mogok dan didorong warga ke tempat yang lebih tinggi.

 

Pompa Air Mati

Gubernur DKI Anies Baswedan memantau titik banjir dan genangan di kawasan Dukuh Atas. (Liputan6.com/Delvira Chaerani Hutabarat)

Kabar terowongan Dukuh Atas banjir menyita perhatian Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Sesaat hujan mereda, Anies langsung meluncur ke daerah banjir.

Dengan mengenakan jas hujan dan topi, Anies Baswedan  mengecek pompa air di kawasan Dukuh Atas.

"Kita pantau jalan Dukuh Atas tadi ada genangan 1 meter, seharusnya tidak terjadi tapi ada masalah pada pompa," kata Anies di lokasi.

Dari enam pompa, ternyata hanya dua yang berfungsi. Anies menegaskan akan memanggil SKPD terkait malam ini juga lantaran membiarkan pompa rusak.

"Operator di sini menyampaikan bahwa mereka sudah lapor sejak 22 Oktober dan tidak ada tindaklanjut dari atasannya. Jadi saya akan panggil, akan tindak atasannya," tegasnya.

Sementara Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno menilai, banjir dan genangan yang mengepung beberapa titik Jakarta akibat fenomena alam yang tidak bisa dihindari. Karena itu, dia meminta masyarakat untuk menerimanya.

"Kita enggak bisa melawan alam, kualat kalau ngelawan alam. Jangan bilang ini pasti surut atau banjirnya cuma segini. Ini adalah fenomena alam," ujar Sandiaga Uno di Balai Kota, Senin (11/12/2017).

Menurut pria yang biasa disapa Sandi itu, hujan deras yang mengguyur ibu kota hingga dua jam lebih ini justru menjadi nikmat yang harus disyukuri.

"Allah lagi ngirimin hujan. Kalau kita punya sistem yang baik, hujan justru harus menjadi berkah bagi kita," ucap politisi Partai Gerindra itu.

Sandi mengaku selama hujan deras terjadi, dia terus memantau kondisi lapangan melalui aplikasi 'Pantau Banjir'. Melalui aplikasi itu, Sandi mengaku dapat memantau titik-titik wilayah yang tergenang banjir akibat hujan deras.

"Ini aplikasinya ada di Jakarta Smart City, bisa dipakai. Di sini teman-teman bisa lihat, pos pengamatan, Bendungan Katulampa masih 60 sentimeter, belum ada (tanda) kuning sama hijau," kata dia.

Sandi mengaku dirinya belum mendapat laporan dari Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta berkaitan jumlah titik banjir yang ada di hari ini.

"Belum ada (laporan). Tapi saya enggak mau mengganggu mereka karena saya bisa pantau pakai ini di sini, ada aplikasinya," Sandiaga Uno menandaskan.

 

Solusi Sederhana dari JK

Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. (Liputan6.com/Anendya Niervana)

Di sela rapat koordinasi tingkat menteri yang membahas antisipasi bencana alam di Gedung Kemenko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Anies Baswedan mengungkapkan tiga kunci Ibu Kota mengantisipasi bencana alam, termasuk banjir.

"Kita melakukan apel, aparat pemerintah yang bertugas diberikan instruksi untuk melaksanakan tiga langkah utama, yaitu harus posisinya siap, yang kedua tanggap, dan ketiga adalah galang," terang Anies, Rabu 29 November 2017.

Untuk menghadapi bencana banjir saat musim hujan tiba, Anies menyatakan Jakarta saat ini sudah memulai operasi siaga. Untuk itu, tiga kata kunci tadi harus dipegang seluruh aparat.

"Tidak hanya sumber daya yang ada di institusinya, namun juga sumber daya yang ada di masyarakat," papar Anies.

Ia menambahkan, ada beberapa langkah lain yang dilakukan jajarannya. Mantan Mendikbud ini mengedepankan pembaruan informasi sehingga bencana Ibu Kota dapat diatasi.

"Kita punya koordinasi langsung. Praktis 24 jam perkembangan kita langsung update," katanya.

Sementara solusi sederhana dipaparkan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Menurut dia, masalah penanganan banjir sebenarnya bisa diatasi jika disikapi dengan tepat.

"Banjir itu kan sederhana saja, lebih banyak air masuk daripada keluar. Kenapa air masuk ke Jakarta? Karena dari Bogor, hutan di Bogor sudah tidak ada dan sebagainya. Kenapa tertahan di Jakarta? Karena selokan penuh sampah. Begitu sederhananya. Begitu juga kota lain. Bagaimana selesaikan itu secara sederhana," jelas JK di Jakarta, Senin (11/12/2017).

Ada pertemuan JK dengan Anies sebelum orang nomor satu di Jakarta itu dilantik di Istana Negara. (Liputan6.com/Putu Merta SP)

Dia juga memberi saran agar pejabat di Jakarta memberikan instruksi kepada masyarakat untuk bersama-sama berperan dalam menangani banjir. Mereka diminta dapat bertanggung jawab terhadap lingkungannya masing-masing.

"Wajibkan semua orang bersihkan selokan depan rumahnya. Berikan mereka semua sekop untuk mensekop sampah-sampah. Langsung 1 juta orang yang bekerja bersihkan Jakarta," jelas JK.

JK juga meminta masyarakat dan jajaran Pemprov DKI untuk tidak mengandalkan pasukan oranye. Harus ada langkah strategis untuk bisa merangkul warga guna mewujudkan Jakarta kota layak huni.

"Bukan hanya (mengandalkan pasukan) baju oranye. Tentu itu juga sesuatu hal cerdas, yang smart. Gimana partisipasi masyarakat hidup bersama, agar kota layak huni," ucap JK.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya