Balas Sindiran Masinton PDIP, Roy Suryo: Lebih Baik Cuci Mulut Dulu

Demokrat menyebut partai oposisi seperti PDIP saat era pemerintahan SBY juga berpeluang terlibat korupsi e-KTP.

oleh Merdeka.com diperbarui 25 Mar 2018, 16:28 WIB
Diterbitkan 25 Mar 2018, 16:28 WIB
Tak Lagi Sibuk, Roy Suryo Jenguk Andi Mallarangeng
Mantan Menteri Pemuda dan Olah Raga, Roy Suryo mendatangi gedung KPK, Jakarta, (23/10/14). (Liputan6.com/Miftahul Hayat)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Roy Suryo membalas sindiran agar partainya 'cuci muka' terlebih dahulu sebelum menyebut PDIP melakukan upaya cuci tangan atas kasus korupsi proyek pengadaan e-KTP. Roy meminta pihak yang menuding Demokrat itu untuk 'cuci mulut' agar pernyataan yang dikeluarkan lebih baik.

Permintaan agar kader Demokrat 'cuci muka' terlebih dulu sebelum melempar tudingan bahwa PDIP sedang membela diri atas kasus korupsi e-KTP disampaikan oleh Masinton Pasaribu.

"Kalau ada yang mengatakan cuci tangan, mengatakan cuci muka, lebih baik kita sebelum bicara, cuci mulut dulu," kata Roy di Hotel Alia, Cikini, Jakarta, Minggu (25/3).

Roy menegaskan, megakorupsi pengadaan e-KTP dilakukan oleh oknum meski proyek tersebut dilakukan pada era pemerintahan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

"Kasus e-KTP meskipun terjadi di pemerintah dahulu tetapi bagaimana pun juga dilakukan oleh oknum," tegasnya.

Lagipula, kata Roy, proses penganggaran proyek e-KTP yang berujung pada korupsi itu tidak hanya melibatkan pemerintah melainkan juga lembaga legislatif. Sehingga, Roy menolak tudingan bahwa pemerintahan SBY sebagai pihak yang paling bertanggung jawab atas korupsi tersebut.

"Jadi tidak benar bahwa kalau ada pendapat yang mengatakan yang melakukan eksekutif, tidak," ujar Roy.

Untuk itu, mantan Menpora ini menyebut partai-partai oposisi seperti PDIP saat era pemerintahan SBY juga berpeluang terlibat dalam korupsi e-KTP, karena ikut membahas anggaran proyek itu di parlemen.

"Jadi mau oposisi tidak oposisi semuanya berpeluang," klaimnya.

 

Saksikan video menarik berikut ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Tak Seret Pihak Lain

20160227-Kisruh PSSI, Alangkah Lucunya Sepak Bola Kita-Jakarta
Mantan Menpora Roy Suryo (kiri) dan Wakil Ketua PSSI Hinca Pandjaitan menjadi pembicara dalam diskusi "Alangkah Lucunya Sepak Bola Kita" di Jakarta, Sabtu (27/2). Kemenpora mengaku serius ingin mencabut pembekuan terhadap PSSI. (Liputan6.com/Yoppy Renato)

Roy meminta dua nama kader PDIP, Puan Maharani dan Pramono Anung yang disebut oleh Setya Novanto dalam sidang lanjutan kasus korupsi e-KTP tidak menyeret pihak lain.

"Kami begini dari Partai Demokrat senyum saja karena sebenarnya yang menyatakan statement itu kan Pak Setnov dari Golkar, menyebut dua nama dari PDIP ya sudah kembali ke situ saja, jangan yang lain lagi," tandas Roy.

Hubungan Partai Demokrat dan PDIP kembali panas. Pemicunya, nyanyian terdakwa Setya Novanto di sidang e-KTP yang menyebut dua politikus PDIP Puan Maharani dan Pramono Anung terima duit senilai USD 500 ribu.

Tak terima dituding, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto malah menyindir Demokrat sebagai partai penguasa yang wajib bertanggung jawab dalam proyek e-KTP. Demokrat pun geram, lewat sang sekjen, Hinca Panjaitan, menyebut pernyataan Hasto dangkal.

Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mengimbau PDIP dan Demokrat menahan diri sambil memastikan para kadernya tak terlibat dalam kasus yang merugikan negara triliunan rupiah itu.

"Bukan justru saling menuduh bahwa partai lain adalah partai yang paling korup," kata Juru bicara PSI, Dini Shanti Purwono, Jumat (23/3).

Dia mengatakan, PDIP dan Demokrat adalah dua partai besar yang perilakunya menjadi rujukan rakyat Indonesia. Pihaknya khawatir perseteruan terbuka antara dua partai besar tersebut bukan saja memecah bangsa, namun juga bisa memperlemah upaya melawan korupsi.

 

Reporter : Raynaldo Ghiffari Lubabah

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya