Penampakan Puluhan Senjata Api Rampasan Napi Teroris Mako Brimob

Senjata-senjata itu beragam jenis, mulai dari laras panjang dan juga pistol. Terlihat juga busur dan anak panah yang ditemukan petugas dari hasil penyerbuan.

oleh Andrie Harianto diperbarui 10 Mei 2018, 10:37 WIB
Diterbitkan 10 Mei 2018, 10:37 WIB
Kondisi Rutan Mako Brimob Setelah Penyanderaan Berakhir
Polisi dengan rompi antipeluru berjaga di depan Rutan Cabang Salemba Mako Brimob seusai operasi penanggulangan di Depok, Kamis (10/5). Polri telah menghentikan operasi penanggulangan penyanderaan pada Kamis pukul 07.15. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Operasi penumpasan aksi teroris di Rumah Tahanan Cabang Salemba, Mako Brimob selesai. Sebanyak 155 narapidana menyerahkan diri. Puluhan senjata api berserakan di dalam sel tahanan, seolah menjadi bukti perlawanan napi kepada aparat.

Senjata-senjata itu beragam jenis, mulai dari laras panjang dan juga pistol. Terlihat juga busur dan anak panah yang ditemukan petugas dari hasil penyerbuan.

"Banyak senjata organik militer, tapi hasil sitaan aparat kepolisian dari operasi lawan teroris sebelumnya," kata Menkopolhukam Wiranto di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Kamis (10/5/2018).

Senjata-senjata tersebut adalah sitaan yang disimpan di ruang penyimpanan barang bukti kompleks rumah tahanan.

Puluhan senjata api yang disita dari tahanan teroris di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat (istimewa)

Wakapolri Komjen Syafruddin menjelaskan alasan mengapa dengan sedemikian rupa mensterilkan lokasi dari masyarakat maupun awak media. Para napi teroris ketika itu memegang senjata laras panjang dengan daya tembak sampai 500 meter.

"Karena penyandera memiliki senjata yang dirampas dari anggota polri yang terbunuh, ada laras panjang yang jarak tembak 500 meter. Bisa sampai ke jalan. Karena situasi sengat tidak aman," ujar Komjen Syafruddin di tempat sama.

 

Pimpin Operasi

Kondisi Rutan Mako Brimob Setelah Penyanderaan Berakhir
Aparat kepolisian bersenjata lengkap berjalan di depan Rutan Cabang Salemba Mako Brimob seusai operasi penanggulangan di Depok, Kamis (10/5). Setelah 40 jam, para napi terorisme yang membuat kerusuhan akhirnya menyerah. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Alasan pejabat tinggi Polri tidak langsung menampilkan diri ke hadapan publik karena memimpin langsung operasi penanggulangan teroris pembebasan sandera.

"Saya sudah menjamin Kadiv Humas untuk memberikan penjelasan, saya memimpin sendiri operasi ini sendiri, saya konsentrasi mengerahkan kekuatan, kesatuan dan seluruh individu yang akan melakukan operasi penanggulangan ini sehingga kita bisa me-minimize korban nyawa," jelas Syafruddin. 

Puluhan senjata api yang disita dari tahanan teroris di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat (istimewa)

Dalam operasi tersebut, Polri berhasil mengamankan Rutan Mako Brimob sekitar pukul 7.15 WIB. Sebanyak 155 napi teroris menyerahkan diri. Syafruddin menegaskan tidak ada negosiasi dengan para teroris agar menyerah.

"Polri dalam menangani senantiasa berupaya sepersuasif mungkin dan berkepala dingin. Dan mengutamakan langkah-langkah persuasif walaupun anggota bertugas dibantai mereka," tutur Syafruddin.

Sebanyak 155 narapidana terorisme dipindahkan ke Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah. Pemindahan adalah buntut kerusuhan yang menyebabkan lima orang polisi meninggal dunia.

"Sudah dipindahkan seluruhnya atas keputusan Menkumham dan Ditjen Pas ke Nusakambangan. Sudah dalam proses perjalanan. Seluruhnya, sudah dipindahkan hari ini. Seluruhnya," kata Syafruddin.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya