Liputan6.com, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperkirakan, kerugian akibat kerusakan usai gempa Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah melebihi Rp 10 triliun. Kendati masih dalam tahap pendataan, kerugian dan kerusakan di Sulteng diprediksi lebih besar dari gempa di Lombok yang terjadi beberapa waktu lalu.
"BNPB masih melakukan pendataan. Tapi kalau dibandingkan dengan yang ada di Lombok, melihat lokasi di Sulteng, perkiraan kerugian dan kerusakan di atas Rp 10 triliun. Kerugian dan kerusakan di Lombok kemarin Rp 18,8 triliun. Ini pasti di atas Rp 10 triliun," ujar Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di Kantor BNPB Jakarta Timur, Kamis (4/10/2018).
Dia mengatakan, telah menurunkan tim untuk menghitung kerugian dan kerusakan akibat gempa dan tsunami di Sulteng dengan metode cepat. Dia berharap, total kerugian dan kerusakan akibat gempa Palu dan Donggala dapat segera ditetapkan.
Advertisement
"Tim rehabilitasi rekontruksi akan menghitung kerugian dan kerusakan dengan metode qiuck count (metode cepat), tentu data tersebut juga akan bergerak dinamis seperti di Lombok," ucap Sutopo.
Â
1.424 Orang Meninggal
Sementara itu, hingga Kamis (4/10/2019), BNPB menyatakan korban meninggal dunia akibat gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah telah mencapai 1.424 orang. Sebanyak 1.047 jenazah yang telah diidentifikasi telah dimakamkan massal.
"Sampai siang ini, 1.424 orang meninggal dunia. Perinciannya di Donggala 144 orang, di Palu 1.203 orang, Sigi 64 orang, Parigi Moutong 12 orang, dan Pasangkayu Sulawesi Barat 1 orang," jelas Sutopo.
Sutopo mengatakan, sebanyak 2.549 korban luka berat sampai saat ini masih dirawat di rumah sakit di Kota Palu dan di luar Palu. Sementara itu, korban hilang mencapai 113 orang.
Hingga kini, kata dia, proses evakuasi dan pencarian korban gempa dan tsunami di Sulteng masih terus dilakukan. Sutopo menambahkan jumlah pengungsi mencapai 70.821 jiwa yang tersebar di 141 titik.
Â
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement