RAPBD 2019 DKI, Dewan Setujui Pembangunan Stadion BMW Rp 900 Miliar

DPRD akhirnya menyepakati Rancangan APBD 2019 DKI sebesar Rp 89 triliun.

oleh Delvira Hutabarat diperbarui 27 Nov 2018, 22:02 WIB
Diterbitkan 27 Nov 2018, 22:02 WIB
Berkas Dokumen Arsip File
Ilustrasi Foto Berkas atau Dokumen. (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - DPRD DKI akhirnya menyepakati Rancangan APBD 2019 DKI sebesar Rp 89 triliun. Pengesahan akan dilakukan pada rapat paripurna yang digelar, Rabu, 28 November 2018.

Angka tersebut defisit sekitar Rp 2 triliun dari usulan awal APBD 2019 DKI Rp 87,3 triliun. Namun, dengan adanya dana dari Biaya Tak Terduga (BTT) Rp 1,9 triliun, maka defisit menjadi tidak ada atau anggaran seimbang (balance).

"Sehingga KUAPPAS disepakati dari Rp 87,3 T menjadi Rp 89 T. Alhamdulillah disetujui," kata pemimpin sidang Banggar, Triwisaksana, di Gedung DPRD DKI, Selasa (27/11/2018).

Selain itu, anggaran pembangunan stadion BMW oleh Jakpro ditingkatkan dari Rp 400 miliar menjadi Rp 900 miliar.

"BMW kan desakan dari komunitas, itu luar biasa dan faktanya memang Pemprov belum punya stadion. Stadion provinsi belum ada, masak harus numpang ke mana-mana pada saat dia pertandingan kandang," kata Sekda DKI Saefullah.

Jakpro menargetkan pengerjaan markas klub Persija itu selesai dalam waktu 3 tahun. Total dana yang dibutuhkan untuk membangun stadion berstandar internasional sebesar Rp 1,68 triliun.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Sempat Cekcok

Sandiaga Uno Mengundurkan Diri di Hadapan DPRD DKI Jakarta
Suasana rapat paripurna pengunduran diri Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno di Gedung DPRD DKI Jakarta, Senin (27/8). ).(merdeka/ Iqbal S. Nugroho)

Pembahasan APBD DKI 2019 dalam rapat Banggar DPRD DKI masih dilaksanakan para anggota Dewan dan SKPD terkait. Namun, pada pembahasan untuk Komisi D yang berlangsung Senin, 26 November 2018 kemarin, sempat terjadi keributan. Hal tersebut diketahui dari sebuah video yang beredar di internet.

Anggota Banggar Syarif membenarkan ada keributan kemarin. Adu mulut terjadi antara Ketua DPRD DKI Prasetio Edi Marsudi dengan Wakil Ketua DPRD Ferial Sofyan.

"Kejadiannya sangat cepat. Kita dengar saat reaksi Pak Pras bilang (ke Ferial) tidak usah gebrak meja begitu," kata Syarif saat dihubungi, Jakarta, Selasa (27/11/2018).

Dia pun menuturkan kronologi Prasetio dan Ferial adu mulut. Saat itu tengah ada anggaran Komisi D DPRD DKI. Saat pembahasan itu Ferial tidak terima dengan pemangkasan anggaran Komisi D yang tak banyak. Padahal, rancangan anggaran DKI tengah mengalami defisit Rp 10 triliun.

"Kita defisit lalu kita rasionalisasi anggaran, saat lakukan penghapusan anggaran Komisi D, ada sanggahan dari Pak Ferial. Dia minta harus semua (komisi) dipangkas, harus semua dong, adil. Pada saat di situ-lah entah kenapa ada ada suara brek gitu,” kata Syarif.

Mendengar gebrakan meja oleh Ferial, Prasetio tidak menerima dan berujung cekcok.

"Pak Pras bilang jangan gebrak meja gitu pimpinan, ini sidang resmi. Nah, Pak Ferial tidak terima jadinya cekcok," ucapnya.

Melihat adu mulut antarpimpinan, beberapa anggota DPRD DKIseperti Syarif dan Bestari Barus maju ke depan memisahkan keduanya.

"Saya bantu ke depan melerai. Saya dengan Bestari ke depan. Saya peluk Pak Pras mungkin emosi dari pagi rapat. Kebetulan menjelang Magrib, sidang langsung diskors oleh Pak Taufik," ucapnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya