Liputan6.com, Jakarta - Wakapendam XVII/Cendrawasih Letkol Inf Dax Sianturi mengatakan, dari 16 korban penembakan kelompok bersenjata Papua yang ditemukan meninggal, tujuh di antaranya sudah bisa diindentifikasi.
Hal ini berdasarkan laporan terakhir yang diterima oleh pihaknya dari pasukan gabungan, Kamis 6 Desember pada pukul 23.00 WIT.
Dia menyebut, tujuh orang tersebut, semuanya adalah pekerja Istaka Karya yang mengerjakan pembangunan jembatan di Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua.
Advertisement
"Agustinus T, Jepri Simaremare, Carly Zatrino, Alipanus, Muh Agus, Fais Syaputra, dan Yuosafat," ucap Dax dalam keterangannya.
Sementara itu, sembilan korban lainnya sudah dievakuasi ke Timika. Yang kemudian akan dilakukan autopsi.
"Proses identifikasi dan autopsi direncanakan akan dilakukan di RS Charitas Timika setelah korban dievakuasi," ungkap Dax.
Dia menambahkan, masih ada lima pekerja Istana Karya belum ditemukan hingga saat ini.
Dengan demikian, total 28 dari pekerja Istaka Karya, tujuh orang dipastikan meninggal, tujuh orang selamat, sembilan masih diindentifikasi, untuk memastikan memang berasal dari perusahaan BUMN itu.
"Data masih terus diverifikasi dan diupdate, sesuai perkembangan situasi," pungkas Dax.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
TPNPB Akui Serang dan Bunuh
Juru Bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB), Sebby Sambom, angkat bicara mengenai aksi penembakan pekerja PT Istaka Karya yang tengah merampungkan jembatan di proyek Trans Papua, Nduga, Papua. Sebby mengakui pihaknya yang bertanggungjawab terhadap penembakan tersebut.
"Kami yang bertanggung jawab," kata Sebby saat berbincang dengan Liputan6.com, Kamis (6/12/2018). Saat dihubungi Sebby mengaku sedang berada di hutan perbatasan Papua.
Menurut Sebby, penyerangan dilakukan kelompok Egianus Kogoya yang memimpin Kodam III TPNPB. Kesatuan ini, kata Sebby, membawahi wilayah Nduga. "Tidak banyak pasukannya, hanya 50 orang," sebut Sebby.
Disinggung motif penyerangan kelompoknya, Sebby mengatakan bahwa pihaknya menolak apapun yang dibangun pemerintah Indonesia di Papua, termasuk pembangunan jalan Trans Papua.
"Kami hanya menginginkan kemerdekaan Papua Barat dan pemerintah Indonesia harus akui itu. Kami menolak pembangunan jalan Trans Papua dan sudah pernah diperingatkan sebelumnya," ujar Sebby.
Terkait aksi brutal yang sementara teridentifikasi 16 orang, Sebby punya alasan pihaknya melakukan hal itu. Menurut dia, para pekerja tersebut bukanlah pekerja biasa. Dia menyebut para pekerja sebagai aparat TNI-Polri yang menyamar menjadi pekerja proyek.
"Kami punya dokumennya dan kami tidak mau kompromi," kata Sebby.
Advertisement