Liputan6.com, Jakarta - Hoaks kerap beredar di tengah bencana, termasuk tsunami Selat Sunda yang terjadi Sabtu malam 22 Desember 2018. Entah apa alasannya, pihak-pihak tak bertanggung jawab tega menyebarkan kabar bohong yang berpotensi memancing kepanikan.
Seperti yang terjadi pada Minggu siang pasca-tsunami Selat Sunda. Kala itu keluarga korban sedang cemas menanti kabar orang-orang terkasih, sementara tim SAR berupaya melakukan evakuasi di medan yang sulit di tengah puing-puing bangunan yang hancur akibat terjangan gelombang gergasi, sebuah kabar berembus.
Konon tsunami susulan terjadi. Mendengar informasi tersebut, aparat membunyikan sirine sebagai tindakan antisipasi. Siapapun yang berada di wilayah pesisir Carita, Pandeglang, Banten diminta mengevakuasi ke tempat yang lebih tinggi.
Advertisement
Panik pun terjadi. Warga, petugas kepolisian, TNI, relawan, dan awak media yang sedang meliput berlarian untuk menyelamatkan diri.
Belakangan, Kapolda Banten Brigjen Pol Tomsi Tohir membantah kabar tentang adanya tsunami susulan di kawasan Pandeglang, Banten.
Kapolda mengatakan, sama sekali tak ada tsunami susulan. Ia, yang saat itu sedang berada di lokasi terdampak tsunami, menjadi saksi mata.
"Tak ada tsunami susulan, masyarakat diminta tetap tenang," tegas Tomsi di Pandeglang, Minggu (23/12/2018).
Saksikan video terkait tsunami Selat Sunda berikut ini:
2. Alat Deteksi Letusan Gunung
Hoaks juga beredar di internet. Direktorat Pengendalian Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo menemukan kabar bohong terkait alat yang diklaim bisa mendeteksi letusan gunung berapi.
"Beredar konten di media sosial yang menampilkan sebuah alat di Desa Selat Duda yang disebut dapat mendeteksi letusan gunung dalam kurun waktu 2 jam sebelum meletus," demikian isi kabar itu, dikutip dari situs kominfo.go.id
"Alat deteksi letusan gunung dipasang pemerintah pusat di Desa Selat Duda seharga Rp 6 miliar. Mampu deteksi 2 jam sebelum meletus."
Namun, hal itu dibantah Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho.
Ini hoax. Sirine ini untuk memberikan peringatan dini saat ada bahaya dari letusan G.Agung. Sirine tidak mampu mendeteksi letusan gunung. pic.twitter.com/aQibxBwRNc
— Sutopo Purwo Nugroho (@Sutopo_PN) 27 September 2017
Sutopo menyatakan alat tersebut merupakan sirine untuk memberi peringatan dini saat ada bahaya dari letusan Gunung Agung dan tidak dapat digunakan untuk mendeteksi letusan gunung.
Advertisement
3. SMS Peringatan Bencana Akhir Tahun
Kabar yang tak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya juga beredar di layanan pesan pendek atau SMS.
Beredar SMS dari nomor +6281803016426 yang menyampaikan agar warga Indonesia berjaga-jaga mulai tanggal 21 sampai akhir bulan Desember 2018 karena akan terjadi bencana. Dalam pesannya, pengirim mengakui pesan itu disampaikan anggota BMKG.
Hal tersebut dibantah BMKG dengan menyatakan pesan tersebut adalah hoaks. Melalui Twitter resmi, BMKG menyebutkan pesan tersebut dikirimkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Abaikan saja. SMS itu jones yang minta ditemenin sendirian.Silahkan beraktivitas seperti biasanya dek. Gunakan waktu libur panjangnya untuk bersilaturahmi dan jalan-jalan dengan kawan dan gebetan. 😒 ..Tapi jangan lupa cek info cuaca libur Natal dan Tahun Baru ya !! https://t.co/MCwUoQbmPG
— BMKG (@infoBMKG) 21 Desember 2018
Warga dipersilahkan melanjutkan aktivitasnya seperti biasa sambil tetap mengecek informasi cuaca selama libur Natal dan Tahun Baru.
"Kementerian Kominfo juga mengimbau agar pengguna internet dan media sosial tidak menyebarkan hoaks atau informasi yang tidak bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya," kata Ferdinandus Setu, Plt. Kepala Biro Humas Kementerian Kominfo. "Jika ditemukan informasi yang tidak benar dapat segera melaporkan ke aduankonten.id atau lewat akun twitter @aduankonten."