Warga: Dentuman Gunung Anak Krakatau Terdengar Sejak Setahun Lalu

Dentuman terdengar dari Gunung Anak Krakatau ketika tim Merdeka melakukan perjalanan dari Desa Sumur hingga Desa Labuan, yang jaraknya sekitar 49 kilometer.

oleh Liputan6.com diperbarui 26 Des 2018, 01:33 WIB
Diterbitkan 26 Des 2018, 01:33 WIB
Begini Penampakan Erupsi Gunung Anak Krakatau
Aktivitas Gunung Anak Krakatau dari udara yang terus mengalami erupsi, Minggu (23/12). Dari ketinggian Gunung Anak Krakatau terus mengalami erupsi dengan mengeluarkan kolom abu tebal. (Liputan6.com/Pool/Susi Air)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Dentuman terdengar ketika tim Merdeka melakukan perjalanan dari Desa Sumur hingga Desa Labuan, yang jaraknya sekitar 49 kilometer. Dentuman tersebut diduga berasal dari Gunung Anak Krakatau.

Dentuman terdengar sekitar 1-3 menit sekali. Dentuman juga disertai cahaya kilat.

Menurut pedagang nasi di lokasi sekitar, Uni Gadis mengaku, dentuman Gunung Anak Krakatau sudah terdengar sejak setahun lalu.

"Sudah lama itu mas (dentuman) sejak setahun yang lalu lah," kata Uni saat ditemui di Desa Labuan, Pandeglang, Banten, Selasa 25 Desember malam.

Menurut dia, warga mulai panik saat mendengar dentuman usai tsunami pada Sabtu 22 Desember 2018 malam. Meski sebelumnya, sudah terbiasa mendengar dentuman serupa dari Gunung Anak Krakatau.

"Kalau dulu (dengar dentuman) itu biasa. Tapi pas malam Minggu itu sekarang jadi pada panik," ujar Uni.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Tsunami Selat Sunda

Pasca Tsunami Selat Sunda, Gunung Anak Krakatau Berstatus Siaga
Petugas pusat vulkanologi dan mitigasi bencana geologi memantau aktivitas Gunung Anak Krakatau melalui alat seismograf di Pos Pengamatan di Cinangka, Banten, Selasa (25/12). Dari pantauan tersebut anak krakatau berstatus siaga. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Sebelumnya, ribuan orang telah menjadi korban dampak tsunami yang terjadi di sekitaran Pantai Selat Sunda. Tsunami yang menerjang dan menghantam ratusan bangunan ini terjadi pukul 21.27 WIB, Sabtu lalu.

Banyak warga yang kehilangan harta benda bahkan sampai kehilangan anggota keluarganya karena tsunami.

Kepala Desa Suka Rame, Kabupaten Pandeglang, Banten, Jaenal mengaku, ada empat warganya tewas karena tsunami. Di desa tempat dia tinggal ini, ada sebanyak 130 kepala keluarga (KK).

"Ada empat orang yang meninggal, dua perempuan dan dua laki-laki," kata Jaenal kepada Merdeka di lokasi, Banten, Senin 24 Desember 2018.

Saat kejadian, dia dalam kondisi tertidur lelap bersama dengan 5 orang lainnya. Dan saat itulah, Jaenal yang sedang tidur dalam kamar ini mendengar suara seperti orang sedang perang menggunakan senjata api.

"Saya bangun itu bukan dibangunin, tapi karena denger kayak dentuman orang lagi perang. Saya pikir juga itu tower jatuh, eh enggak tahunya tsunami," ujar Jaenal.

Reporter: Ronald

Sumber: Merdeka

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya