BMKG: Tsunami Selat Sunda Tak Lazim, Air Surut Tak Lagi Jadi Penanda

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan tsunami di Selat Sunda tak lazim.

oleh Rita Ayuningtyas diperbarui 25 Des 2018, 22:13 WIB
Diterbitkan 25 Des 2018, 22:13 WIB
Tim Mitigasi UGM
Rektor UGM Dwikorita Karnawati menggelar konferensi pers mengenai penelitian Tim Mitigasi Bencana Longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. (Liputan6.com/Yanuar H)

Liputan6.com, Jakarta - Dua hari lalu, beredar video kepanikan warga yang mengaku dari Merak, Banten, karena takut tsunami datang. Pria yang merekam video itu mengatakan air surut.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan tsunami di Selat Sunda tak lazim. Oleh karena itu, air surut tak lagi menjadi penanda utama.

"Penyebab tsunami kemarin tidak tunggal. Ada beberapa faktor yang memicunya. Peristiwa ini sangat tidak lazim. Tsunami Sabtu lalu tidak disebabkan karena gempa tektonik, sehingga bukan air surut penandanya," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, kepada Liputan6.com, Jakarta, Selasa (25/12/2018).

Menurut dia, penyebab tsunami lalu adalah longsornya tebing Gunung Anak Krakatau karena tremor akibat aktifitas vulkanik. Longsor ini diperparah dengan curah hujan yang tinggi pada daerah tersebut.

"Itu kan dinding digempur terus menerus ya oleh tremor. Lalu cuaca di sana memang sedang tidak bagus. Saya cek memang cuaca sedang buruk. Semuanya tidak mendukung lah," ujar Dwikorita tentang tsunami Selat Sunda.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Ratusan Orang Meninggal Dunia

Tsunami Anyer
Sebuah rumah terlihat antara puing-puing bangunan setelah tsunami menerjang kawasan Anyer, Banten, Minggu (23/12). Tsunami menerjang pantai di Selat Sunda, khususnya di daerah Pandenglang, Lampung Selatan, dan Serang. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri berhasil mengidentifikasi 208 jenazah korban bencana tsunami Selat Sunda yang menyapu sebagian wilayah Banten dan Lampung. 205 Jenazah di antaranya telah diambil oleh keluarga korban untuk dikebumikan.

"Total korban meninggal dunia yang telah ditemukan dan dievakuasi hingga hari ketiga sebanyak 234. Yang belum teridentifikasi ada 26 (korban)," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo dalam keterangan tertulis, Jakarta, Selasa (25/12/2018).

Dari total korban tsunami yang teridentifikasi, masih ada tiga jenazah yang belum diambil keluarganya. Ketiga jenazah atas nama M Anwar Suwandi H (53) alamat Bekasi Selatan, Jawa Barat, Soleman (47) alamat Panimbang, Banten, dan Nurmala (48) alamat Singkawang, Kalimantan Barat.

Polisi mengimbau kepada keluarga korban tsunami untuk segera mengambil jenazah yang telah teridentifikasi di RSUD Berkah Pandeglang, Banten. Masyarakat juga dapat menghubungi langsung petugas di nomor 085211672686, 085211672708, atau 085211672721.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya