Liputan6.com, Pandeglang - Setelah meletus dan mengurangi ketinggiannya dari 338 MDPL menjadi 110 MDPL, Gunung Anak Krakatau tetap akan tumbuh. Gunung tersebut diprediksi akan kembali naik ke permukaan air laut.
"Dia akan terus melakukan pertumbuhan, untuk membangun tubuh yang longsor itu, ketinggiannya akan naik lagi, meningkat lagi. Mudah-mudahan tidak ada peningkatan aktivitas magma," kata Kabid Mitigasi Gunung Api (MGA) PVMBG Kementerian ESDM, Wawan Irawan saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu (29/12/2018).
Menurut dia, tsunami yang terjadi pada 22 Desember 2018 kemarin, benar dikarenakan adanya longsoran material dari puncak Gunung Anak Krakatau.
Advertisement
"Terus ini kan kombinasinya biasanya ada magma, piroklastik. Nah yang mendasarinya itu piroklastik sehingga mudah lepas gitu," ujar dia.
Dia juga menegaskan, magma Gunung Anak Krakatau yang keluar terus menerus dari dapur magma, tidak akan langsung kosong. Ruang itu akan terus terisi dari dalam bumi.
""Kalau dapur magma jangan dibayangkan keluar terus langsung kosong, karena kan dari bawah ada suplay terus. Tidak mungkin terjadi kekosongan di dapur magma, dan terjadi longsor bawah laut," ujar dia.
Ketinggian Gunung Api
Selain itu, masyarakat hanya mengetahui ketinggian Gunung Anak Krakatau dari atas permukaan laut saja. Namun sangat sedikit informasi ketinggian Gunung Anak Krakatau jika dihitung dari dasar laut.
"Saya belum melihat peta batimetriknya yah, kedalamannya, saya pun enggak punya data tentang itu. Jadi saya enggak bisa komentar tentang itu," terangnya.
Gunung Anak Krakatau sejak malam tadi, pukul 00.00 sampai 06.00 WIB, telah meletus sebanyak 20 kali. Bahkan jelang siang, ketinggian semburan abu vulkaniknya mencapai 700 meter dan terjadi Tremor terus menerus.
Gunung Anak Krakatau yang saat yang kini berada pada Level III atau Siaga, masih terus dipantai Pos Pantau GAK di Pasauran, Kabupaten Serang dan di Lampung.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement