Alasan Warga Sukabumi Nekat Tinggal di Wilayah Longsor

Engkos berkeyakinan bencana dan nyawa adalah kehendak Yang Maha Kuasa.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Jan 2019, 08:06 WIB
Diterbitkan 04 Jan 2019, 08:06 WIB
Penampakan Longsor Dusun Cimapag yang Rata dengan Tanah
Tim SAR dibantu warga sekitar berusaha mencari orang yang tertimbun longsor di Dusun Cimapag, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Sukabumi, Selasa (1/1). Longsor menerjang satu dusun jelang malam tahun baru pukul 17.00 WIB. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Engkos Kosasih (60), salah satu warga asli Desa Sirnaresmi, Sukabumi, Jawa Barat masih nekat menempati rumahnya yang diterjang longsor pada 31 Desember 2018 lalu. Keluarga Engkos turut menjadi korban dan satu meninggal dunia.

Namun, peristiwa itu tak membuatnya kapok. Dia masih betah tinggal diwilayah curam yang dipenuhi tebing tinggi dan jalur ekstrem.

Apalagi, tanah Desa Sirnaresmi mudah bergerak saat basah diguyur hujan. Kabupaten Sukabumi ini telah ditetapkan sebagai wilayah zona merah rawan bencana.

Namun Engkos berkeyakinan bencana dan nyawa adalah kehendak Yang Maha Kuasa.

"Begini orang tinggal di pinggir laut, itu kan sudah dikasih sen (tanda) hati-hati ini bencana. Tapi tetap aja kan yang dipinggir pinggir laut itu masih banyak juga. Bencana itu bukan dibikin sama orang, itu aturan Yang Maha Kuasa," kata Engkos saat berbincang dengan merdeka.com di Desa Sirnaresmi, Kamis 3 Desember 2019.

Kata dia, Desa Sirnaresmi aman sejak ditinggali para leluhurnya dahulu. Sebelum negara Indonesia dibentuk hingga ia lahir, kata dia, puluhan warga desa hidup aman dan tenteram. Tak ada longsor.

"Itu kan kalau (bencana) itu urusan yang ngatur, urusan Yang Maha Kuasa. Biar ini di tempat curam tapi sudah ratusan tahun nggak ada apa-apa kan tetap enak aja gitu," ucap dia.

Selain itu, kata Engkos, dia dan warga lainnya tetap memilih tinggal di Desa Sirnaresmi karena kebutuhan yang tercukupi. Yakni sumber mata air dan kawasannya cocok untuk bertani.

Meski bencana sudah terjadi, Engkos tetap tetap tinggal dan menjalani aktivitas biasa. Membuka usaha warung sederhana. Dia hanya waspada dan menyerahkan urusan nyawa kepada Tuhan.

"Soalnya nggak ada tanda-tanda dari awal kecuali kalau sudah di situ baru ditempatin beberapa tahun (longsor), kalau ini mah sudah puluh-puluh tahun (aman)," tandas Engkos. 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Relokasi Rumah

Di sisi lain, Engkos setuju pemerintah yang ingin relokasi rumah warga Sirnaresmi. Asal tempatnya cocok.

Bukan perkotaan dan premukiman yang bising. Melainkan bisa memberi akses warga bertani dan aman dari bahaya.

"Kalau orang sini ditempatin di daerah perkotaan, nggak mungkin mau. Kalau sudah biasa di sini, enaknya di sini aja. Cuma kalau diatur sama pemerintah itu dikasih tempat yang layak itu baru pasti mau," imbuh Engkos.

 

Reporter: Muhammad Genantan Saputra

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya