Banyuwangi Jadi Tempat 'Belajar' Mahasiswa S2 Arsitektur Universitas Hongkong

Dari sekian daerah, ketertarikan mereka akhirnya mengerucut pada Banyuwangi.

oleh stella maris diperbarui 06 Mar 2019, 16:05 WIB
Diterbitkan 06 Mar 2019, 16:05 WIB
Mahasiswa Hongkong
Mahasiswa Hongkong kunjungi Banyuwangi.

Liputan6.com, Jakarta Puluhan mahasiswa Universita Hongkong mengunjungi Banyuwangi. Mereka teratarik mempelajari keterkaitan antara pengembangan lansekap kawasan dengan pelibatan masyarakat lokal. 

Dalam kunjungan itu ada sekitar 36 mahasiswa Program Pasca Sarjana Jurusan Arsitektur Lansekap, Fakultas Arsitektur. Kepala Divisi Arsitektur Lansekap, Fakultas Arsitektur, Universitas Hongkong, Matthew Pryor mengatakan, study tour tersebut merupakan bagian dari agenda Semester Long Research and Design Study dari fakultasnya.

"Kami ingin melihat hubungan lebih jauh antara lansekap alam dan masyarakat lokal. Bagaimana pembangunan yang dilakukan Banyuwangi, apakah seimbang antara peningkatan ekonomi masyarakat dan kelestarian lingkungan," kata Pryor, Selasa (5/3).

Pryor juga mengungkapkan mengapa mereka tertarik datang dan melakukan studi di Banyuwangi. Awalnya, kata dia, pihaknya sedang fokus memperhatikan perkembangan daerah yang ada di Jawa Timur.

Dari sekian daerah, ketertarikan mereka akhirnya mengerucut pada Banyuwangi yang dinilainya mengalami perkembangan pesat.

"Selama tiga minggu kami menggali informasi tentang Banyuwangi, baik melalui riset di internet maupun jurnal akademik. Hasilnya membuat kami langsung tertarik datang ke mari. Itu sebabnya kami datang untuk melihat langsung dan belajar banyak hal tentang Banyuwangi. Mulai dari kebijakan dan strategi pengembangan daerah dan pariwisatanya," terang Pryor.

Rombongan mahasiswa Hongkong ini akan berada di Banyuwangi selama sepekan dari 1-7 Maret. Mereka akan berkeliling mengunjungi sejumlah destinasi wisata alam, seperti Gunung Ijen, Kawasan Ekosistem Esensial Teluk Pangpang, Hutan Mangrove di Muncar, Taman Nasional Alas Purwo, dan Wisata Coklat Doesoen Kakao di Glenmore.

Selain juga Pantai Plengkung (G-Land), Pantai Sukamade, dan Pantai Pulau Merah, Taman Nasional Meru Betiri.

Untuk menunjang penelitian, mereka datang langsung mengunjungi sejumlah komunitas masyarakat untuk melihat sejauh mana keterkaitan antara pengembangan wisata alam dan peningkatan kesejahteraan warga lokal.

Pryor mengatakan selama berkeliling selama beberapa hari, mereka merasa terpuaskan. Itu karena mereka melihat bahwa rakyat selalu dilibatkan dalam pembangunan daerah. 

"Pengembangan suatu kawasan destinasi melibatkan warga setempat, sehingga rakyat dan pemerintahnya satu misi, saling mendukung untuk kemajuan bersama. Ini sangat menguntungkan untuk sebuah pembangunan," kata Pryor. 

 

 

(*)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya