Liputan6.com, Jakarta - Peneliti Utama SMRC, Saiful Mujani terheran-heran dengan wacana Gerindra dan Prabowo Subianto bergabung dengan koalisi pendukung Presiden Joko Widodo.
Apalagi Prabowo mendadak berubah sikap dengan kemesraan bersama Jokowi dan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri, setelah pertarungan di Pilpres.
Baca Juga
Saiful mengatakan, secara adab seharusnya Prabowo tetap menjadi oposisi. Sekarang Prabowo diisukan masuk kabinet sampai Gerindra mengincar posisi ketua MPR.
Advertisement
"Sudah mengakui udah kalah, kemudian masuk di dalam pemerintahan, itu adabnya di mana saya tak tahu. Saya enggak tahu adabnya apa, bisa masuk kabinet ingin jadi ketua MPR maksudnya apa," ujarnya dalam diskusi 'Meredupnya Demokrasi di Indonesia' di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (4/8/2019).
Saiful lebih mendukung apabila Prabowo dan Gerindra tegas menjadi oposisi. Gerindra dinilai memiliki kesamaan konsep dengan PDIP maupun Golkar. Sehingga jika menjadi oposisi bakal terjadi diskusi untuk mencari jalan keluar. Berbeda dengan beroposisi dengan pihak yang tidak sejalan
"Tapi kalau jadi oposisinya HTI kita agak takut. Terus terang saja kalau dia jadi partai besar kayak Gerindra, bahasa dasarnya beda enggak bisa diskusi akhirnya yang jadi marah aja, perang," jelas Saiful.
Â
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Cederai Demokrasi
Saiful juga memandang oposisi masih dibutuhkan. Malah kalau sampai Prabowo bergabung malah mencederai demokrasi.
"Jadi oposisi sebuah keniscayaan dan menyatunya dua kubu ini itu mencederai dasar kita berdemokrasi. Jelas sekali. Itu beradab kalau Prabowo di luar dan akui pemilu selesai," ujarnya.
Reporter: Ahda Bayhaqi
Sumber: Merdeka.com
Advertisement