Liputan6.com, Jakarta - PT MRT Jakarta meyakinkan diri bisa menjadi World Class Operator pada 2023 mendatang. Hal itu dikarenakan, segala fasilitas, pelayanan, kereta, bahkan staf yang dimiliki PT MRT Jakarta sudah memenuhi standar internasional. Padahal, MRT baru diresmikan pada 24 Maret 2019 lalu.
Menurut Direktur Operasional dan Pemeliharaan PT MRT Jakarta Muhammad Effendi, sejak awal dibuatnya Moda Raya Terpadu atau MRT ini sudah berusaha agar dapat memenuhi standar internasional.
Baca Juga
"Kalau kita bisa lihat sekarang fasilitas. Kereta kita buatan Jepang, sudah standar internasional, jadi track-nya, keretanya sudah bagus memenuhi standar internasional. Kemudian, kami punya karyawan-karyawan, staf-staf yang sangat bagus karena seleksi masuk di MRT itu ketat sekali," ujar Effendi di Depo MRT Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Jumat 15 November 2019.
Advertisement
Tak hanya itu, PT MRT Jakarta juga bekerjasama dengan negara-negara lain agar dapat membangun sistem yang sesuai standar internasional.
Selain Jepang, pastinya, menurut Effendi, PT MRT Jakarta juga belajar dari Malaysia karena sistem yang digunakan sama dengan di Jakarta.
"Kita juga gunakan konsultan Jepang. Untuk persiapan SOP dan manual. Kenapa pilih Jepang untuk maintanance? Karena barangnya barangnya Jepang. Jadi mereka (karyawan) belajar membongkar kereta dari hal kecil sampai overhaul," ucapnya.
Sedangkan untuk sistem bisnis, PT MRT Jakarta belajar ke Hongkong, Tiongkok. Hongkong disebut sebagai negara yang paling bagus di dunia dalam hal pengelolaan sistem bisnis.
"Hongkong banyak jadi operator di negara-negara lain, bahkan di Eropa dia menjadi shadow operator," ucap Effendi.
Lalu, yakinkah MRT Jakarta mencapai targetnya sebagai World Class Operator 2023 dan apa saja yang dilakukannya? Berikut ulasan Liputan6.com:
MRT Jakarta Masa Kini
PT MRT Jakarta saat ini memiliki 16 train set, di mana, sebanyak 14 beroperasi. Sedangkan 2 lainnya untuk cadangan atau back up.
Effendi memastikan, kereta cadangan atau back up ini selalu ada untuk berjaga-jaga jika ada kereta yang rusak, langsung bisa digantikan.
"Panjang train set saat ini ada 6 gerbong atau six car. Jadi dia panjangnya kurang lebih 118 meter, kapasitasnya sampai 1.800 orang. Sebenarnya kapasitasnya sampai 8 gerbong, tapi saat ini kita 6 gerbong," ucap Effendi.
Saat ini, panjang MRT dari Stasiun Bundaran Hotel Indonesia sampai Lebak Bulus mencapai 16 kilometer dengan 13 stasiun. Untuk waktu tempuhnya hanya 30 menit karena kecepatan MRT mencapai 100 km/jam saat di elevated dan 80 km/jam saat underground.
"Yang membedakan MRT, kita punya signal system-nya Communication Based Train Control atau CBTC. Jadi kereta MRT ini bukan dioperasikan oleh masinis, tapi oleh OCC, yaitu Operation Control Center," kata Effendi.
Dengan begitu, semua pengendalian kereta bukan dilakukan oleh masinis. Keberadaan masinis hanya untuk saat darurat atau emergency saja.
Alasan lain menjadikan MRT Jakarta sebagai World Class juga karena terowongan atau tunnel dibuat oleh kontraktor internasional. Tunnel MRT Jakarta bisa tahan gempa hingga 9 Skala Richter.
Begitu pula dengan banjir. PT MRT Jakarta memastikan kereta akan tetap aman saat banjir menerjang. Karena desain yang dibuat di bawah atau underground itu untuk banjir 200 tahunan. Dengan kata lain, banjir 200 tahunan yang bisa terjadi itu pastinya sudah sangat besar sekali.
"Design underground MRT itu untuk banjir 200 tahunan. Biasanya kan banjir ada tahunan, dua tahunan, nah ini banjir yang sangat ekstrim. Design-nya jadi kita naik tangga dulu, nah kalau terjadi banjir, tidak akan naik ke situ. Ada beberapa stasiun juga kita pakai barrier, kaya tanggul. Jadi di pintunya kita pasang pelindung. Itu permintaan dari pak Gubernur DKI Jakarta juga. Jadi beberapa stasiun kita akan tambahkan lagi namanya flat barrier, pelindung banjir," papar Effendi.
Selain itu, MRT juga memastikan keamanan dan keselamatan setiap penggunanya. Untuk itu, pelatihan pun diberikan kepada para karyawan.
"Mulai dari emergency training dan itu berbagai macam, misalnya kebakaran, gempa, ada ancaman bom, ada banjir. Bahkan teroris pun kita sudah latihan beberapa kali kerjasama dengan Densus 88, ada dengan Kopassus juga. Jadi jika terjadi sesuatu, kami bisa evakuasi penumpang dengan baik. Tapi kami juga sudah melakukan pencegahan dengan baik," kata Effendi.
Untuk lebih memastikan keamanan dan kenyamanan penggunanya, MRT Jakarta bakal menggunakan x-ray sebelum bisa masuk ke dalam peron. Hal tersebut dilakukan agar semuanya bisa aman.
Karena pada saat pelantikan Presiden lalu, setelah berkoordinasi dengan polisi, MRT pun memasang x-ray. Dan ternyata benar saja, ada penumpang yang kedapatan membawa senjata api, bahkan rangkaian bom.
Oleh karena itu, tahun depan MRT berencana menggunakan x-ray untuk lebih menjaga keamanan dari para penggunanya dengan lebih baik lagi.
Dan yang terpenting, fasilitas yang digunakan MRT juga sudah dianggap memenuhi standar internasional hingga diyakini bisa jadi World Class Operator.
Dalam menggunakan MRT, masyarakat diharuskan untuk belajar tertib. Mulai dari antre membeli tiket, masuk ke dalam peron dan kereta, hingga saat di dalam kereta.
Bahkan, ketika hendak memasuki stasiun MRT, masyarakat sudah belajar disiplin dengan tidak menggunakan lift yang dikhususkan untuk orang tua, disabilitas, ibu hamil, dan anak-anak.
"Budaya antre mulai. Kemudian respect to disable mulai. Karena kalau naik MRT yang kursi priority, saya sudah mulai lihat kalau anak-anak lebih muda, terus lihat ada yang lebih tua, dia kasih kursinya," ucap Effendi.
Masyarakat juga dipaksa tertib saat menggunakan elevator. Bagi masyarakat yang hanya ingin berdiri, bisa berdiam di sebelah kiri, sedangkan jalur kanan untuk yang ingin jalan.
Di dalam peron MRT memang sengaja tidak disediakan tempat sampah. Hal itu agar masyarakat dapat menjaga kebersihan. Masyarakat harus mengantongi sendiri sampahnya untuk nantinya dibuang saat menemukan tempat sampah di luar peron.
Meskipun awalnya susah, tapi masyarakat Ibu Kota pun perlahan sadar. Dengan dipaksa untuk bisa tertib, para pengguna MRT ini akhirnya bisa mematuhi segala aturan yang ada.
Melihat fasilitas yang dimiliki MRT Jakarta sudah standar internasional, begitu pula dengan karyawan-karyawannya. Maka mungkin saja MRT Jakarta akan menjadi World Class Operator.
"Fasilitas MRT sudah World Class, staf yang kami miliki juga bagus-bagus. Untuk jadi World Class sekarang yang kami bangun adalah budaya dan manual SOP-nya. Begitu tiga itu jadi, kita sekelas dengan mereka (dunia)," kata Effendi.
Selain itu, akan dibuat pula MRT Jakarta Transport Academy agar pengembangan MRT ini bisa lebih cepat dikembangkan.
"Kita buat MRT Jakarta Transport Academy. Kita mau buat Akademi MRT agar kita bisa cepat mengembangkan public transport ini," pungkas Effendi.
Advertisement
Tantangan Terberat Menuju World Class
Effendi memaparkan, tantangan terberat agar MRT Jakarta menjadi World Class Operator 2023 adalah waktu untuk menyatukan culture.
"Yang berat ini culture, karena gini, di MRT ini karyawannya pinter-pinter tapi datang dari berbagai macam background, datang dari berbagi macam perusahaan. Jadi untuk menyatukan culture yang sama itu yang berat. Kebayangkan anak-anak yang sudah pintar, sudah punya mindset sendiri, nah itu yang harus disatukan, jadi butuh waktu," terang Effendi.
Untuk tolak ukur dari World Class, harus ada sertifikat-sertifikat yang diraih oleh MRT Jakarta. MRT Jakarta harus diakui oleh badan-badan dari sisi pengoperasiannya.
"Kemudian juga dari maintanance kita, dari karyawan kita, tentunya sistemnya, sistem safety diperbaiki. Kita sedang kerjakan isu terintegrasi. Kita kalau ngomong World Class, ya mesti ada sertifikat-sertifikat itu," kata Effendi.
Oleh karena itu, saat ini MRT Jakarta berusaha melakukan integrasi dengan transportasi publik lainnya. Misalnya dengan Transjakarta dan kereta commuterline.
Jadi, para pengguna MRT yang ingin melanjutkan perjalanan karena tempat tujuan belum dilalui MRT, maka bisa berpindah ke TransJakarta atau commuterline.
MRT Jakarta juga saat ini sedang membuat Transit Oriented Development atau TOD. Jadi nantinya, di sekitar stasiun MRT dibuat area komersial.
"Nanti akan dijual kepada tenant-tenant seperti yang sekarang kita lakukan di dalam stasiun itu ada retail, ada iklan. Disitu pun kita akan membantu pemerintah Jakarta," terang Effendi.
Dengan adanya MRT Jakarta yang saat ini memiliki panjang 16 kilometer beserta 13 stasiun, maka sangat memungkinkan adanya potensi hunian baru.
"Dengan adanya MRT di 13 stasiun, itu ada potensi ketambahan 34.047 unit rumah layak huni. Kan begitu ada stasiun, orang akan seneng tinggal deket stasiun. Gampangnya begitu," kata Effendi.
Selain itu, bekerjasama dengan Pemprov DKI Jakarta, akan membuat taman atau public activities lebih banyak lagi.
"Kemudian dengan adanya public activities area. Dengan adanya MRT sekarang mulai dikembangkan banyak, ada taman. Contohnya di Dukuh Atas, di bawah jembatan, namanya Kendal," ucap Effendi.
Belum lagi jika melihat perkembangan MRT saat ini, pembangunan fase 2 MRT Jakarta yang merupakan lanjutan dari Bundaran Hotel Indonesia sampai ke Kota akan segera dilakukan. Jalur MRT pun akan lebih panjang.
Dengan begitu, perlahan tapi pasti, bukan tidak mungkin MRT Jakarta akan menjadi World Class Operator pada 2023 mendatang.
Strategi MRT Jakarta
Sejauh ini, MRT Jakarta memiliki panjang jalur 16 kilometer. Jalur tersebut dari Lebak Bulus sampai ke Bundaran HI dengan 13 stasiun.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berencana membangun jalur MRT sepanjang 231 kilometer hingga sepuluh tahun ke depan.
Sedangkan MRT Jakarta sendiri meyakini pada 2030 bisa memiliki panjang jalur hingga 245 kilometer di area Jakarta.
"Di 2030, kita akan punya 245 kilometer line inside Jakarta dan 170 kilometer (MRT) di sekitar Jakarta. Jadi, akan ada inner circle dan outer circle di 2030," ucap Effendi.
Pada 2020, MRT Jakarta akan kembali melanjutkan jalurnya dari Bundaran HI sampai ke Kota yang disebut dengan fase 2A. Akan ada tujuh stasiun pada jalur tersebut. Pembangunan fase 2A ini diharapkan selesai pada 2024 atau 2025.
Selanjutnya akan dilakukan pembangunan fase 2B dari Kota sampai ke Ancol Barat.
MRT Jakarta juga membagi dua proyek pembangunannya yaitu jalur Selatan-Utara atau South-North dengan jalur Lebak Bulus - Bundaran HI - Kampung Bandan.
Panjang treknya adalah 25 kilometer, menggunakan konstruksi elevated dan underground, serta miliki 21 stasiun dengan 2 depo.
Kemudian jalur Timur-Barat atau East-West dengan koridor Cikarang-Balaraja. Panjang treknya 87 kilometer dengan jumlah stasiun 41.
Pembangunan fase pertamanya adalah Ujung Menteng-Kembangan dengan panjang trek 27 kilometer. Konstruksinya elevated dan underground dengan 22 stasiun dan 2 depo.
Advertisement