Din Syamsuddin: Gus Sholah Pergi Saat Umat Memerlukannya

Menurut Din, wafatnya Gus Sholah adalah kehilangan yang besar bagi umat dan bangsa.

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Feb 2020, 13:52 WIB
Diterbitkan 03 Feb 2020, 13:52 WIB
Ani Yudhoyono Wafat, Tokoh Tanah Air Melayat ke Rumah SBY
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin menghadiri persemayaman Ani Yudhoyono di Puri Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Minggu (2/6/2019). Sejumlah tokoh terus berdatangan jelang pemakaman istri presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tersebut. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (Wantim MUI) Din Syamsuddin turut berbelasungkawa atas wafatnya KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah). Menurut dia, Gus Sholah pergi di saat umat sedang memerlukannya. 

"Kepergian KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah) ke hadirat Sang Pencipta adalah kehilangan besar bagi umat dan bangsa. Kepergiannya justru terjadi pada saat umat memerlukannya," kata Din dalam keterangannya, Jakarta, Senin (3/2/2020).

Menurutnya, Gus Sholah bukan hanya sosok pemimpin Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur saja. Adik kandung Presiden ke-4 RI KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur itu juga merupakan seorang negarawan yang dapat mempersatukan seluruh masyarakat.

"Gus Sholah adalah seorang kiai, pemimpin Pondok Pesantren Tebuireng. Selain itu beliau adalah seorang negarawan, figur nan penuh dengan kearifan dan kebijaksanaan, serta cenderung mempersatukan. Gus Sholah memiliki itu semua," ujar Din.

Salah satu caranya untuk mempersatukan masyarakat, kata Din, yakni dengan mempertemukan para tokoh Islam untuk menyatukan pikiran dalam menyelesaikan masalah-masalah kebangsaan.

"Beberapa kali beliau mengajak untuk mempertemukan para tokoh Islam guna menyatukan pikiran terhadap masalah-masalah kebangsaan, dan menghadapi gejala pemecahbelahan umat oleh umat sendiri," kata mantan Ketum PP Muhammadiyah itu.

"Beberapa kali almarhum mengajak untuk adanya pertemuan para tokoh, namun belum menjadi kenyataan hingga beliau dipanggil pulang ke hadirat Ilahi. Semoga niat baik itu ada yang meneruskannya dan arwah almarhum dari balik barzakh ikut berbahagia menyaksikannya," sambungnya.

Selain itu, Gus Sholah juga dinilai sebagai sosok yang sangat peduli dan prihatin jika melihat adanya keterpecahan umat maupun suatu organisasi.

"Saya dengar langsung kala mampir di Jombang maupun dalam berbagai kesempatan, begitu besar keprihatinan almarhum terhadap keterpecahan umat dan rendahnya qiyadah merekatkan ukhuwah Islamiyah baik antarorganisasi maupun dalam satu organisasi. Menurut almarhum, banyak yang terjebak pada hubbuddunya (pragmatisme dan materialisme)," kata Din memungkasi.

 

Gus Sholah Wafat

Suasana Haru Warnai Rumah Duka Gus Sholah
Keluarga dan kerabat berada dekat jenazah KH Salahuddin Wahid atau Gus Sholah di rumah duka, Tendean, Jakarta, Senin (3/2/2020). Pemimpin Pondok Pesantren Tebuireng tersebut meninggal pada usia 78 tahun. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Gus Sholah atau KH Salahuddin Wahid tutup usia pada Minggu, 2 Februari 2020. Gus Sholah meninggal dunia di RS Harapan Kita, Jakarta pada pukul 20.55 WIB.

Menurut putranya Irfan Wahid, kondisi kesehatan sang ayah memang menurun sejak dua minggu lalu. Saat itu, Gus Sholah mengalami gangguan di organ jantung.

"Ada keluhan ritme jantung yang tidak beraturan. Dilakukanlah ablasi (operasi) semacam kateter untuk mengisolir elektromagnetik liar," ujar Irfan dalam akun Twitternya.

Kepergian pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur itu meninggalkan duka yang dalam. Tak hanya bagi santri-santrinya, para tokoh dan seluruh masyarakat Indonesia juga berduka.

 

Reporter: Nur Habibie

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya