Ayah Akseyna Yakin Pembunuh Mahasiswa UI Itu Orang Dekat

Lima tahun lalu, jenazah Akseyna Ahad Dori ditemukan di Danau Kenanga, Universitas Indonesia (UI). Dia diduga dibunuh.

oleh Ady Anugrahadi diperbarui 05 Feb 2020, 12:45 WIB
Diterbitkan 05 Feb 2020, 12:45 WIB
Ayah Mahasiswa Tewas di Danau UI
Ayah mahasiswa tewas di danau UI, Akseyna Ahad Dori, saat mendatangi Polresta Depok (Liputan6.com/Atem Allatif)

Liputan6.com, Jakarta - Lima tahun lalu, jenazah Akseyna Ahad Dori ditemukan di Danau Kenanga, Universitas Indonesia (UI). Dia diduga dibunuh.

Namun, sejak ditemukan pada 26 Maret 2015 hingga sekarang, polisi belum mengungkap pembunuh mahasiswa S1 Jurusan Biologi, FMIPA Universitas Indonesia (UI) angkatan 2013 itu.

Ayah Akseyna, Kolonel Sus Mardoto, meyakini pembunuh putranya merupakan orang dekat.

Keyakinan ini didasari oleh keseharian dan pergaulan anaknya. Menurut dia, aktivitas sehari-hari Akseyna diisi dengan kegiatan belajar, baik yang berhubungan dengan bidang studi yang ditempuh maupun keagamaan.

"Pergerakannya tidak terlalu banyak. Aktivitasnya biologi, olimpiade, kemudian di kegiatan keagamaan, di rumah kos, dan perpustakaan," kata Mardoto saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Rabu (5/2/2020).

Dengan gambaran seperti itu, dia menduga pelakunya tidak jauh dari sekitar lingkungan pergaulan Akseyna.

"Kami menduga bahwa pelaku tidak jauh dari sekitar anak saya," ujar Mardoto.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Kamar Kos Tak Steril Lagi

Akseyna
Mahasiswa Universitas Indonesia, Akseyna Ahad Dori, yang ditemukan tewas mengambang di Danau Kenanga UI. (Facebook Akseyna Ahad Dori)

Sebelumnya, Mardoto menyampaikan, kondisi kamar Akseyna selama empat hari sejak jenazah ditemukan di Danau Kenanga Universitas Indonesia pada Kamis, 26 Maret 2015 tak lagi steril.

"Senin, 30 Maret 2015 sekitar pukul 17.30 WIB, telah banyak orang telah memasuki kamar Ace mendahului kegiatan penyelidikan oleh pihak polisi yang baru dimulai Senin, 30 Maret 2015 sekitar pukul 18.30 WIB," kata dia.

Mardoto menyebut, beberapa teman korban mendatangi kamar Aksyena beberapa kali. Bahkan, ada teman Ace yang masuk ke kamar Ace dan menginap di kamar tersebut pada Minggu malam, 29 Maret 2015.

Padahal, tidak ada satu pun pihak keluarga yang pernah meminta atau menyuruh siapa pun untuk masuk bahkan menginap di kamar Aksyena.

Hal itu diketahui setelah ibunda Ace berhasil menghubungi handphone Ace pada Minggu, 29 Maret 2015 malam. Saat itu ibu Ace sempat bicara dengan seseorang yang mengaku sebagai teman Ace.

"Yang bersangkutan menyebutkan bahwa ia berada di dalam kamar Ace. Keberadaan yang bersangkutan di kamar Ace dilakukannya bukan karena permintaan dari orangtua," ujar dia.

Mardoto menerangkan, beberapa orang yang dikatakan sebagai teman Ace juga berada di dalam kamar Ace pada Senin, 30 Maret 2015 hingga polisi mulai masuk ke kamar tersebut untuk melakukan penyelidikan ke kamar kos Ace sekitar jam 18.30 WIB.

"Penyelidikan setelah saya mengonfirmasi bahwa jenazah yang diketemukan di Waduk Kenanga Universitas Indonesia tersebut adalah anak saya," ujar dia.

Menurut Mardoto, dengan banyaknya orang yang telah masuk ke kamar Ace, tidak ada seorang pun yang dapat menjamin bahwa di antara orang-orang tersebut tidak melakukan sesuatu.

Saat polisi tiba, kamar sudah dalam kondisi berantakan. Handphone dan laptop milik Ace sudah diakses dan diotak-atik, koper berisi barang-barang dan baju juga telah terbuka, buku-buku dan perlengkapan lain di meja belajar sudah berserakan.

"Kondisi ini memungkinkan banyak hal terjadi di dalam kamar Ace, termasuk kemungkinan berubahnya bentuk, letak, dan kondisi barang-barang yang seharusnya bisa menjadi barang bukti, termasuk pemunculan surat itu," terang dia.

 

Perjalanan Kasus

Keluarga dan polisi mengambil barang-barang Akseyna Ahad Dori dari kamar kosnya.
Keluarga dan polisi mengambil barang-barang Akseyna Ahad Dori dari kamar kosnya. (Ady Anugrahadi/Liputan6.com)

Kasus ini akan genap lima tahun pada 26 Maret 2020 mendatang. Hingga pimpinan Polresta Depok berganti enam kali, kasus kematian Akseyna belum juga terungkap. Kasus ini terjadi sejak masa kepemimpinan Kapolresta Depok Kombes Ahmad Subarkah, kemudian berganti ke Kombes Dwiyono, lalu Kombes Harry Kurniawan, Kombes Herry Heryawan, Kombes Didik Sugiarto, hingga Kombes Azis Andriansyah.

Awalnya, Akseyna diduga bunuh diri karena depresi. Hal itu berdasarkan keterangan dari 15 saksi yang diperkuat dengan temuan di lapangan seperti kondisi jasad dan ditemukan sepucuk surat di rumah kos Akseyna dengan tulisan, "Will not return for eternity, please don't search for existence, my apologies for everything."

Namun demikian, hipotesis awal itu terbantahkan setelah Polresta Depok menggandeng penyidik Polda Metro Jaya dan Bareskrim Polri untuk turut membantu mengusut kasus tersebut. Akseyna dipastikan tewas karena dibunuh.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya