Ketua AMSI: Hindari Berita yang Picu Kepanikan Publik Soal Corona

Ketua AMSI Wenseslaus Manggut menegaskan, identitas penderita virus Corona perlu dirahasiakan karena menyangkut hak privasi paling mendasar sebagai warga negara.

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Mar 2020, 14:26 WIB
Diterbitkan 03 Mar 2020, 14:26 WIB
Antisipasi Virus Corona di Stasiun Gambir
Calon penumpang kereta api mengenakan masker saat berada di Stasiun Gambir, Jakarta Pusat, Jumat (31/01). Dalam rangka pencegahan Virus Corona, PT Kereta Api Indonesia (persero) melakukan sosialisasi kepada penumpang dengan membagi-bagikan masker di stasiun Gambir. (merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta Indonesia telah dinyatakan positif virus Corona. Virus mematikan tersebut belakangan diketahui terdeteksi pada ibu dan anak yang merupakan warga Depok, Jawa Barat.

Berbagai media di Indonesia secara serentak mengangkat isu tersebut menjadi isu nasional. Kendati demikian, beberapa pemberitaan yang beredar justru dinilai memicu kepanikan masyarakat.

Di tengah mencuatnya isu-isu tentang virus tersebut, Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) mengimbau kepada media di seluruh Indonesia agar memperhatikan kode etik jurnalistik dalam pemberitaannya. Pihaknya juga menilai, memanfaatkan kepanikan masyarkat demi mengejar eksistensi media tidak akan membantu siapa pun termasuk masyarakat dan negara.

"Hindari konten berita yang memicu publik menjadi panik. Konten seperti itu tidak akan membantu siapapun, tidak akan membantu negara, atau masyarakat dalam menangkal penyebaran virus ini dan menangani mereka yang tertular," kata Ketua AMSI, Wenseslaus Manggut, Selasa (3/3/2020).

Dirinya pun menegaskan, identitas penderita virus Corona perlu dirahasiakan karena menyangkut hak privasi paling mendasar sebagai warga negara.

"Identitas penderita virus Corona harus dirahasiakan. Nama, alamat dan data pribadi pasien tidak boleh disebarluaskan. Media wajib memastikan pemerintah sudah menangani para penderita secara maksimal dan melakukan segala yang diharuskan demi mencegah penyebaran virus ini," tegasnya.

Untuk menghindari kepanikan yang terjadi di masyarakat, dia menyarankan, media perlu membuat sekaligus memperbanyak konten yang bersifat edukatif seperti cara mengantisipasi penularan melalui cara-cara sederhana.

"Perbanyak konten-konten berita yang sifatnya edukatif, tentang bagaimana cara penularan, cara mengantisipasi, cara bersin dan cara batuk agar virus apapun tidak menular ke keluarga, sahabat di kantor, atau orang lain di area publik yang mereka kunjungi. Edukasi publik untuk hidup sehat tentang konsumsi makanan sehat, olahraga, cara mencuci tangan, dan begitu banyak cara-cara sederhana agar terhindari dari virus ini," ujarnya.

Selain itu, pihaknya menghimbau, agar media terus membantu usaha-usaha pemerintah dalam menangani kasus ini dengan menghindari pengadaan debat kusir dan berpolemik satu sama lain.

"Bantu pemerintah agar terus melakukan sosialisasi secara terus-menerus tentang standardisasi penanganan yang dilakukan dan hindari ruang media kita dipakai untuk debat kusir, bertengkar, berpolemik yang tak perlu, yang justru menimbulkan kebingungan dan kepanikan di tengah masyarakat," himbaunya.

Ketua AMSI ini juga menjelaskan perlu adanya keseimbangan dalam pemberitaan. Tidak hanya menginformasikan tentang penularan, tetap juga mengedukasi bahwa ada peluang untuk sembuh dari virus Corona seperti yang terjadi di Vietnam.

"Edukasi publik bahwa peluang sembuh dari virus ini sangatlah besar. Tumbuhkan optimisme lewat data. Data kesembuhan tersedia di banyak negara. Vietnam bahkan mengumumkan semua yang terkena virus ini sembuh total," jelasnya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Media Awasi Pengelolaan Fasilitas Umum

Pihaknya pun menekankan, hendaknya media tetap mengawasi pengelolaan fasilitas umum agar mengikuti ketentuan yang dibuat standar World Health Organization (WHO).

"Dorong para pebisnis, pemilik, dan pengelola fasilitas umum seperti pusat perbelanjaan, restoran, hotel, perkantoran, transportasi umum untuk mengikuti ketentuan standar World Health Organization (WHO) dan pemerintah, dalam mengoperasikan fasilitas publik demi mencegah terjadinya penyebaran virus ini," imbuhnya.

Oleh sebab itu, ia berharap, agar media melakukan pemeriksaan ulang terkait kebeneran berita yang akan dibuat. Adapun dalam penugasan wartawan di lapangan, para media diharapkan memperhatikan aspek keselamatan sesuai dengan prosedur standar masing-masing.

"Kami berharap agar para pengelola media dapat mencegah penyebaran berita bohong, dengan membaca berita dari sumber terpercaya, serta terus tumbuhkan semangat optimisme," katanya.

"Dalam penugasan setiap wartawan dan kru ke lapangan harus memperhatikan aspek-aspek keamanan dan keselamatan sesuai prosedur standar masing-masing," pungkasnya.

 

(Yosafat Diva Bayu Wisesa)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya