Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Jakarta Barat melakukan rapid test virus Corona atau Covid 19 kepada sejumlah jamaah di sebuah mesjid di Kelurahan Maphar, Tamansari, Jakarta Barat.
Hasilnya menunjukkan tiga orang di antaranya positif terjangkit virus Corona atau Covid 19. Sedangkan sekira 300 jemaah lain harus menjalani diisolasi selama 14 hari.
Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat mengadakan rapid test atau test cepat pada Kamis (26/3/2020) kemarin.
Advertisement
"Karena dari hasil tes kemarin ada tiga jemaah yang suspect Covid 19, maka sekarang jemaah yang ada disana kita isolasi selama 14 hari," kata Camat Tamansari, Risan Mustar saat dikonfirmasi awak media, Jumat (27/3/2020).
Risan mengatakan, sedikitnya 73 jemaah dari 300 jemaah berstatus Warga Negara Asing. Mereka dikarantina sejak Kamis (26/3/2020) kemarin hingga 14 hari ke depan.
Â
**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.
Saksikan Video Terkait Berikut Ini:
Gandeng Sudinsos
Sementara itu, guna memenuhi kebutuhan makanan jemaah selama masa isolasi, Risan mengatakan, pihaknya telah meminta bantuan logistik kepada Suku Dinas Sosial Jakarta Barat.
"Bantuannya makanan siap saji, karena daripada dia mondar-mandir keluar makanya kami minta bantuan," ujar dia.
Advertisement
Tidak Sepelekan Ilmuwan
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas mengajak umat Islam untuk patuh dan tidak menyepelekan ilmu yang datang dari ilmuwan dan para ahli terkait pandemi virus corona atau Covid-19.
"Perbuatan berdasarkan ilmu adalah mencerminkan keimanan dan kepatuhan kepada Allah SWT," kata Abbas dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu (22/3/2020).
Menurut dia, sebagian besar manusia tidak mungkin bisa mengetahui dan menguasai semua ilmu yang ada di dunia, karena bidang dan perhatiannya terkadang berbeda-beda satu sama lain.
Maka, tugas dan kewajiban umat Islam adalah mendengarkan nasihat dan pandangan dari ilmuwan. Karena di dalam nasihat dan pandangan-pandangan ilmuwan, terdapat kebenaran yang telah mereka temukan dan gali dari ayat-ayat Allah yang ada.
Â
Melindungi Jiwa Manusia
Ayat-ayat Allah yang para ahli gali dan pelajari di dalam menemukan ilmu tersebut tentu bukan hanya ayat-ayat qouliyah atau ayat-ayat Alquran saja, tapi juga ayat-ayat kauniyah yaitu ayat-ayat atau hukum-hukum dan ketentuan-ketentuan yang telah dibuat dan ditetapkan oleh Allah di dalam alam itu sendiri.
"Ayat-ayat kauniyah itu yang telah mereka susun dan sistematisasi menjadi ilmu, termasuk menyangkut virus Corona itu," ujar Abbas seperti dikutip dari Antara.
Di dalam Alquran Surat Al-Baqarah ayat 195, Allah SWT melarang manusia membiarkan diri jatuh ke lembah kebinasaan. Karena itu, manusia harus berusaha dan berjuang untuk membuat dirinya selamat, tidak mati dan tidak sakit.
Salah satu tujuan disyariatkannya agama Islam adalah untuk melindungi jiwa manusia. Untuk membantu mewujudkan apa yang disyariatkan agama tersebut, kata Abbas, diperlukan ilmu.
Â
Advertisement
Selain Ilmu Agama
Ilmu yang diperlukan untuk itu, selain ilmu agama, juga ilmu-ilmu yang terkait dengan ilmu alam (natural sciences) atau lebih khusus lagi dengan biologi (bioscienses) dan lain-lain.
"Dan para ahli ilmu tersebut telah menyatakan bahwa virus Corona ini berbahaya dan menular dan mereka juga sudah menyampaikan dan menjelaskan bagaimana cara-cara kita menghindarinya," kata Abbas.
Untuk kebaikan dan kemaslahatan bersama, Abbas mengajak umat Islam mengikuti petunjuk dari para ahli tersebut. Supaya umat Islam tidak mencampakkan diri ke dalam kebinasaan yang dilarang dalam agama.
Itulah mengapa, menurut Sekjen MUI itu, kepatuhan dalam mengikuti ketentuan dan saran-saran dari para ilmuwan yang berkompeten di bidangnya merupakan cerminan dari keimanan dan kepatuhan manusia kepada Tuhan.
Karena dengan mengabaikannya, itu sama artinya dengan tidak takut dan tidak mematuhi ayat-ayat Tuhan (sunnatullah).
"Apa yang mereka sampaikan itu adalah sunnatullah atau ayat-ayat Allah juga, harus kita perhatikan. Dan kalau itu disepelekan, maka itu sama saja artinya kita telah mencampakkan diri kita ke dalam kebinasaan, dan itu dilarang oleh ag
Sikapi dengan Akal dan Pikiran
Sejumlah narasi berkembang di masyarakat terkait adanya imbauan pembatasan ibadah ke masjid di tengah pandemi virus Corona atau Covid-19. Salah satunya agar tetap ke masjid dan lebih takut kepada Tuhan dibanding virus tersebut.
Sekretaris Komisi Fatwa MUI Asrorun Niam Sholeh menyampaikan, Tuhan telah memberikan akal pikiran untuk menyikapi hal tersebut.
"Allah Subhanahu Wata'ala menciptakan segala sesuatu untuk kepentingan kemaslahatan manusia. Tetapi pada saat yang sama kita diberikan akal untuk kepentingan memilih. Memilih antara hidup, memilih antara mati dengan hidup. Memilih antara sehat dan sakit," tutur Asrorun di Kantor Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta Timur, Kamis (19/3/2020).
Advertisement
Manusia Memilih Sikap
Menurut Asrorun, saat seseorang sakit maka dengan akal pikiran itu Tuhan memberikan kebebasan manusia memilih sikap. Pilihan yang dianjurkan untuk diambil adalah berobat demi kesehatan.
"Benar sakit itu adalah ciptaan Allah, tetapi dengan akal budi yang diberikan oleh Allah, kita diwajibkan untuk ikhtiar menciptakan aktivitas yang menyebabkan kesehatan," jelas dia.
Terlebih, Asrorun melanjutkan, setiap orang memiliki kewajiban memelihara diri dan kesehatan lingkungannya.
Khususnya dalam pandemi Covid-19, pencegahan penyebarannya tidak bisa dibebankan kepada satu komunitas saja.
"Kalau kita sakit kita beriktiar untuk sehat dan memastikan kesehatan. Kalau kita sehat kita diwajibkan mejaga kesehatan jangan sampai menjerumuskan ke dalam kebinasaan," ujar Asrorun.Â