PGI: Terpapar Virus Corona Bukan Aib atau Kutukan

Jacky meminta masyarakat untuk membangun sikap empati bukan diskriminasi di tengah wabah virus Corona atau Covid-19.

oleh Yopi Makdori diperbarui 12 Apr 2020, 11:48 WIB
Diterbitkan 12 Apr 2020, 11:48 WIB
Mengintip Ruang Isolasi Pasien Virus Corona di RSUP Persahabatan
Tim medis saat menangani pasien dalam pengawasan (PDP) virus corona atau COVID-19 di ruang isolasi Gedung Pinere, RSUP Persahabatan, Jakarta Timur, Rabu (4/3/2020). RSUP Persahabatan menangani 31 pasien dalam pemantauan dan pengawasan dari potensi terpapar virus corona. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Sekretaris Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) Pendeta Jacky Manuputty mengatakan, terinfeksi virus Corona bukanlah sebuah kutukan dari Tuhan.

"Terpapar virus Corona bukanlah aib atau kutukan. Sekali lagi bukanlah aib ataupun kutukan Tuhan," kata dia dalam acara konferensi pers, Minggu (12/4/2020).

Oleh karenanya, lanjut Jacky, jangan sampai mereka yang terinfeksi virus Corona mendapatkan stigmatisasi hingga dapat mendorong tindakan diskriminasi kepada mereka.

"(Hal itu) harus dilawan secara bersamaan-sama," tegasnya.

Jacky pun meminta masyarakat untuk membangun sikap empati bukan diskriminasi di tengah wabah ini. Kalau ada seorang yang terpapar virus Corona yang tinggal di sekitar kita, maka semestinya masyarakat menciptakan suasana yang tidak mengarah kepada tindakan diskriminatif.

"Kita bahkan bisa menyediakan kebutuhan sehari-hari mereka selama masa karantina. Tentu saja dengan menjaga jarak aman dengan mereka," ungkapnya.

Ia pun meminta masyarakat untuk mengedukasi keluarganya akan sikap tersebut. Supaya semua paham dan tak lagi melakukan tindakan diskriminatif terhadap mereka yang terpapar virus Corona.

 

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Berdiam Diri di Rumah Saat Corona Wujud Cinta Kasih

Melihat Prosesi Jalan Salib di Jumat Agung Gereja Katedral
Umat Katolik memerankan drama penyaliban Yesus (tablo) saat ibadah Jumat Agung di Gereja Katedral, Jakarta, Jumat (17/4). Kegiatan tesebut merupakan rangkaian dari pekan suci perayaan Paskah 2019 Paroki Katedral Jakarta yang mengambil tema 'Kita Berhikmat, Bangsa Bermartabat'. (Liputan6.com/Faizal F

Sekretaris Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Jacky Manuputty menyampaikan, merayakan Paskah di rumah bersama keluarga si tengah pandemi virus Corona atau Covid-19 merupakan sikap pusat iman.

"Kita menjadi umat kebangkitan. Kita diutus untuk terus mempersaksikan kehidupan yang kita temukan di dalam Kristus yang telah bangkit melalui kehidupan kita secara pribadi maupun bersama-sama," tutur Jacky di Kantor Graha BNPB, Jakarta Timur, Minggu (12/4/2020).

Menurut Jacky, kebangkitan Kristus dari kematian menjadi perwujudan Tuhan yang membela kehidupan. Salah satu sikap mengimani hal tersebut dalam kondisi saat ini adalah dengan mengikuti anjuran pemerintah berdiam diri di rumah demi memutus penyebaran Covid-19.

"Sikap abai pada usaha itu justru menjadikan kekristenan dan gereja ancaman atas kehidupan. Dengan begitu berlawanan dengan pesan Paskah," jelas dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya