Si Cula Dua Menghilang di TNBBS

Pada 2008 masih banyak ditemukan populasi badak di sekitar kiri-kanan jalan tersebut. Namun seiring peningkatan status dan meningkatnya jumlah kendaraan yang melintasi jalan itu, populasi badak di kawasan TNBBS justru cenderung berkurang.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Jul 2012, 17:24 WIB
Diterbitkan 28 Jul 2012, 17:24 WIB
120206bbadak-jawa.jpg
Si Cula Dua Menghilang di TNBBS

Liputan6.com, Bandar Lampung: Populasi dan distribusi badak di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), Lampung Barat, Provinsi Lampung, saat ini cenderung tidak ditemukan jejaknya. Terutama, setelah ditingkatkan status Jalan Sangi Bengkunat menjadi jalan nasional. Leader Project WWF (Organisasi Konservasi Dunia) Wilayah Lampung-Bengkulu Yob Carles di Bandar Lampung, Sabtu (28/7), mengatakan pada 2008 masih banyak ditemukan populasi badak di sekitar kiri-kanan jalan tersebut. Namun seiring peningkatan status dan meningkatnya jumlah kendaraan yang melintasi jalan itu, populasi badak di kawasan TNBBS justru cenderung berkurang. "Kami tidak menemukan jejak badak di sekitar jalan itu setelah ada peningkatan status jalan, tapi masih ditemukan sejumlah jejak hewan lainnya sepeti macan, harimau, gajah dan hewan penghuni inti hutan lainnya," kata Yob. Badak, imbuhnya, merupakan binatang yang memiliki peran menjaga kelestarian hutan. Hanya hewan badak itulah, kata dia, yang mau memakan-makanan liar seperti matangan yang melilit di sebagian pohon-pohon besar yang ada di hutan. "Jika populasi badak hutan tidak kita jaga keberadaannya, kemungkinan hewan yang akan menyerap mantangan itu semakin berkurang dan dengan sendirinya pohon-pohon besar yang ada di dalam kawasan akan tumbang," katanya. Lebih lanjut dia mengatakan, penemuan tersebut terungkap dari hasil penelitian WWF tentang populasi dan distribusi satwa top predator terhadap peningkatan status jalan sangi bengkunat. "Penelitian itu dilakukan sejak tahun 2011 yang mana, tim WWF memasang sekitar 50 camera trap dengan interval dua sampai empat kilometer dari satu titik ke titik lainnya dan berjarak sekitar 500 meter dari tepi jalan," ujarnya. Atas temuan tersebut, pihaknya mengharapkan pemerintah segera memasang pembatas jalan untuk menjaga kemungkinan konflik antara manusia dengan satwa dan kemungkinan perburuan liar. "Jalan itu sangat rawan, kami mengkhawatirkan jika pemerintah tidak segera memberi marka jalan di sekitar kiri-kanan Jalan Sangi Bengkunat, maka akan membahayakan pengguna jalan yang melintas di sana, bahkan terdapat kemungkinan justru hewan itu sendiri yang mati akibat perburuan liar yang semakin mudah mendapat akses ke sana," kata dia. Di Indonesia, terdapat dua dari lima jenis badak yang tersisa di dunia. Dua badak itu adalah badak jawa (Rhinocerus sondaicus) dan badak sumatra (Dicerorhinus sumatrensis). Perbedaan mencolok adalah jumlah culanya. Badak jawa bercula satu, sementara badak sumatra memiliki dua cula di kepalanya. Populasi badak sumatra yang ada di alam saat ini kian menurun, jumlahnya diperkirakan hanya tersisa sekitar 200 ekor. Sedangkan yang ada di luar habitat alaminya hanya tersisa 10 ekor. Adapun setelah dinanti selama 120 tahun, seekor badak bercula dua lahir di penangkaran Taman Nasional Way Kambas Kabupaten Lampung Timur, Lampung, Juni silam [baca: Badak Sumatra Melahirkan Setelah Dinanti 120 Tahun].(ANS/Ant)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya