Wakil Ketua DPR: Ancaman Lost Generation Akibat Wabah Covid-19 Bukan Pepesan Kosong

Untuk mengantisipasi lost generation akibat wabah, Gus AMI meluncurkan Gerakan Bangkit Belajar (GBB). Apa itu?

oleh Muhammad Ali diperbarui 12 Agu 2020, 21:47 WIB
Diterbitkan 12 Agu 2020, 21:37 WIB
Wakil Ketua DPR Muhaimin Iskandar
Wakil Ketua DPR Abdul Muhaimin Iskandar saat Kick Off Gerakan Bangkit Belajar di Gerung Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Jalan Merdeka Selatan, Jakarta, Rabu (12/8/2020). (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Penurunan kualitas Pendidikan akibat wabah corona (Covid-19) merupakan ancaman nyata. Wakil Ketua DPR Abdul Muhaimin Iskandar (AMI) pun menginisiasi Gerakan Bangkit Belajar (GBB) untuk membantu siswa, guru, maupun wali murid yang kesulitan mengikuti proses pembelajaran jarak jauh (PJJ) selama masa pandemic Covid-19.

“Ancaman lost generation akibat wabah Covid-19 bukanlah pepesan kosong. Kita semua harus benar-benar mengantisipasi hal ini agar hal itu tidak sampai terjadi. Kasihan generasi kita di masa depan jika mereka tumbuh tanpa kompetensi memadai,” ujar Abdul Muhaimin Iskandar saat Kick Off Gerakan Bangkit Belajar di Gerung Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Jalan Merdeka Selatan, Jakarta, Rabu (12/8/2020).

Gus AMI, begitu ia disapa ini menjelaskan berdasarkan kajian Bank Dunia yang dirilis 18 Juni 2020, telah terjadi penurunan kualitas Pendidikan dari para peserta didik di seluruh dunia akibat pandemic Covid-19. Penutupan sekolah telah memicu penurunan nilai ujian rata-rata hingga 25%. Pandemi ini juga menurunkan efektivitas tahun sekolah dasar yang dicapai anak-anak dari 7,9 tahun menjadi 7,3 tahun.

“Akibat penutupan sekolah ini banyak anak-anak kita yang gagal mempelajari berbagai materi baru dan melupakan banyak hal yang telah mereka ketahui sebelumnya,” katanya, dalam keterangan tertulisnya.

Hal yang sama, kata Gus AMI juga disuarakan oleh Unicef. Berdasarkan pernyataan posisi berjudul COVID-19 dan Anak-anak di Indonesia pada Mei 2020 menyajikan bukti bahwa virus Corona telah secara luas mengganggu kestabilan pendapatan keluarga-keluarga Indonesia. Kondisi ini berdampak pada tiga hal penting yakni terganggunya kinerja gizi, pendidikan, dan perlindungan anak.

“Khusus di bidang pendidikan, pernyataan posisi Unicef menegaskan jika wabah ini memicu penurunan kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang peserta didik akibat menurunnya waktu kualitas belajar,” katanya.

Fakta-fakta tersebut, lanjut Wakil Ketua DPR bidang Kesra ini harus disikapi secara serius oleh semua pemangku kepentingan di Indonesia. Upaya menyelematkan Pendidikan anak-anak Indonesia harus menjadi usaha bersama. Apalagi hingga saat ini berakhirnya masa pandemi Covid-19 di tanah air belum bisa diprediksi.

“Selain langkah-langkah di sektor Kesehatan dan pemulihan ekonomi, kita bersama juga harus berkontribusi terhadap upaya menyelamatkan sektor Pendidikan di tanah air. Sebab Pendidikan merupakan investasi besar bagi masa depan genarasi muda dan bangsa ini,” katanya.

Gus AMI menilai Gerakan Bangkit Belajar hanyalah salah satu upaya untuk membantu mencarikan solusi atas kendala pembelajaran jarak jauh yang dialami peserta didik di Indonesia. Nantinya di setiap Posko GBB akan disediakan wife gratis dan relawan yang akan mendampingi para siswa saat mengikuti PJJ.

“GBB hanyalah salah satu ikhtiar untuk membantu anak-anak di Indonesia untuk tetap mendapatkan hak-hak mereka di bidang Pendidikan. Gerakan ini akan bersinergi dengan Gerakan lain baik yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan maupun pihak-pihak lain yang ingin berkontribusi terhadap dunia Pendidikan di Indonesia selama musim pandemic Covid-19,” ujarnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Sediakan 2.156 Titik Wifi Gratis

Sementara itu, Koordinator Nasional GBB Syaiful Huda mengungkapkan, pada tahap awal GBB akan mendirikan posko belajar di 2.156 titik yang dilengkapi wi-fi, smartphone, dan relawan pendamping di 34 provinsi di Indonesia.

“Kendala utama saat PJJ adalah adanya kesulitan peserta didik dalam mendapatkan kuota internet, tidak adanya smartphone, maupun kesulitan memahami materi karena tidak adanya pendamping. Nah GBB ini berupaya untuk menyelesaikan kendala-kendala utama tersebut,” ujar Syaiful Hud pada kesempatan yang sama.

Huda menjelaskan pola pembelajaran jarak jauh hingga saat ini masih menjadi pilihan paling aman di saat penularan wabah corona (Covid-19) belum terkendali. Meskipun Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah megizinkan pembelajaran tatap muka di zona hijau dan kuning, namun banyak orang tua yang masih enggan mengizinkan anak-anak mereka kembali ke sekolah.

“Kekhawatiran sebagian besar orang tua siswa itu bisa dipahami karena hingga saat ini penularan wabah Covid-19 memang masih terus berlangsung. Penambahan pasien positif masih di atas 1.000 kasus per hari. Jadi wajar jika para orang tua khawatir, meskipun ada juga orang tua yang setuju anak mereka segera sekolah karena frustasi dengan pola PJJ,” katanya.

Ketua Komisi X DPR ini mengungkapkan pola PJJ di berbagai daerah memang memunculkan banyak kasus yang menyesakkan dada. Gegara PJJ ini ada siswa yang harus belajar di makam karena kesulitan mendapat sinyal internet, ada orang tua yang mencuri karena ingin membelikan anaknya smartphone, hingga ada siswa SMP yang harus jadi kuli bangunan karena ingin membeli smartphone.

Selain itu, banyak orang tua yang mengaku terbebani karena harus membantu sang anak untuk mengerjakan tugas-tugas sang anak.

“Kasus-kasus ini akan kita coba urai karena Posko Belajar GBB akan menyediakan berbagai fasilitas penunjang untuk memudahkan proses PJJ,” katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya