Liputan6.com, Jakarta - Institut Pertanian Bogor (IPB) akan memberikan gelar Doktor Kehormatan atau Doktor Honoris Causa kepada Ir Muhammad Gunung Soetopo dan Almarhum Ir Mohammad Nadjikh. Penganugerahan gelar kehormatan itu akan dilakukan dalam Sidang Terbuka IPB pada Sabtu, 24 Oktober 2020.
Ir Muhammad Gunung Soetopo merupakan seorang petani sukses alumnus Kampus Pertanian itu. Pak Gun, sapaan akrab Muhammad Gunung Soetopo, merupakan petani di Sleman, Yogyakarta yang berhasil mengubah lahan bekas galian tambang menjadi lahan pertanian yang didominasi tanaman buah Naga.
Ketua Biro Komunikasi IPB, Yatri Indah Kusumastuti menerangkan alasan pemberian gelar Doktor Kehormatan tersebut. Dia mengatakan, IPB menilai Pak Gun berhasil menyusun kreasi dalam dunia pertanian.Â
Advertisement
"Ir Muhammad Gunung Soetopo mengkondensasikan hasil pembelajaran yang mendalam, fokus dan serius dalam bentuk rumusan filosofis, rumusan prinsip, dan rumusan kisi-kisi untuk menyusun kreasi dan inovasi (Krenova) bagi pendayagunaan lahan marginal untuk produksi tanaman hortikultura di Indonesia," papar Yatri kepada Liputan6.com, Kamis (22/10/2020).
Selain itu, IPB menilai, kinerja Muhammad Gunung Soetopo konsisten dalam membangun pertanian, menghasilkan karya, prestasi, dedikasi dan kontribusi yang luar biasa di bidang IPTEKS.
"Juga pendidikan, pembangunan, kemanusiaan dan pengembangan hubungan baik antarbangsa dan negara Indonesia dengan bangsa dan negara lain," kata Yatri.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Almarhum I Mohammad Nadjikh dan pengolahan hasil laut
Sementara, Almarhum I Mohammad Nadjikh dinilai layak mendapatkan gelar tersebut karena kiprahnya sebagai pengusaha pengolahan hasil laut yang dapat menyerap tenaga kerja. Pengusaha yang juga merupakan alumnus IPB itu juga dianggap inovatif dalam mengkreasikan produk hasil perikanan.
"Usulan pemberian gelar kehormatan kepada Almarhum Ir M Nadjikh didasarkan atas kontribusi yang luar biasa yang telah diberikan selama karier beliau lebih dari 25 tahun di bidang produksi dan pengolahan hasil perikanan laut (seafood industry) Indonesia sehingga dapat mengantarkan Kelola Group yang menaungi 32 perusahaan dengan 14.000 karyawan mampu memenuhi permintaan pasar ke 30 negara," sebut Yatri.
Produk inovasi Almarhum Nadjikh, kata Yatri diekspor ke banyak negara dari Asia hingga Eropa. Bahkan diketahui hingga daratan Amerika, seperti Amerika Serikat dan Kanada.
"Beliau juga sangat inovatif mengembangkan kreasi produk-produk olahan hasil perikanan sehingga bisnisnya semakin berkembang," jelas Yatri.
M Nadjikh diketahui wafat pada Jumat, 17 April 2020. Pengusaha asal Gresik ini merupakan pendiri PT Kelola Mina Laut (KML Food), perusahaan yang bergerak di industri makanan, agroindustri, ritel dan distribusi.
Perusahaan tersebut memiliki sekitar 30 pabrik pengolahan ikan di sepanjang Pantai Utara Jawa dan menjadi salah satu perusahaan pengolahan ikan terbesar di dunia.
Mengutip Antara, pasar dari perusahaan ini telah menembus Amerika Serikat, Jepang, Kanada, Eropa, Tiongkok, Taiwan, Korea, Australia, Timur Tengah, Asia Tenggara dan Afrika. Selain pengolahan laut, KML Food juga memasok produk-produk pertanian. Tak hanya itu, perusahaan ini juga mengembangkan produk ritel berbasis olahan ikan.
Namun, produk-produk utamanya tetap ada yang terdiri atas produk udang beku, rajungan, kepiting kalengan, ikan laut kering dan bernilai tambah serta produk olahan berbasis surimi. KML juga merambah sayur-sayuran beku dan produk pertanian lainnya. Anak pertama dari delapan bersaudara memulai usaha dari bawah dan sebagai pemasok teri.
"Ia memulai bisnis dari bawah, Ia mengumpulkan teri dari pesisir utara Jawa, berkembang dan masuk UKM yang sukses," ujar anggota Komite Ekonomi Industri Nasional (KEIN), Johnny Darmawan saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (17/4/2020).
Advertisement